Ada yang perlu digarisbawahi
bahwa SSA (Same Sex Attraction)
dengan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual &
Transgender) adalah suatu hal yang berbeda. Sayangnya terkadang kebanyakan
orang menyamakannya dan kemudian menyimpulkan sesuatu tanpa diketahui
kebenarannya. Banyak istilah yang ternyata rancu di masyarakat karena kurang
pahamnya kita dengan istilah-istilah tersebut. Selain karena kita kurang
kesadaran untuk mencari tahu juga karena ketidaksukaan kita terhadap sesuatu
membuat kita menutup mata atas kenyataan yang ada dan bisa jadi membuat kita
tidak dapat melihat kebenaran yang sebenarnya.
Beberapa orang
mencoba untuk memberikan pencerahan, membagi ilmu dan pengetahuan mereka
tentang SSA dan LGBT serta dengan tulus membantu orang-orang yang SSA namun
tidak ingin tergabung dalam LGBT. Usaha mereka tidak hanya reaktif namun juga
proaktif serta prefentif. Mereka adalah Sinyo Egie, seorang penulis, konselor
dan founder Lembaga Konseling Peduli
Sahabat. Juga pengurus Peduli Sahabat. Mereka mengadakan acara Seminar Nasional
LGBT “Kenali, Pahami, Hadapi Bersama”. Acara ini merupakan hasil kerjasama
DEMA-F Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan LSOK-LISFA Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang. Speaker adalah
Sinyo, Zainul Anwar, M PSi. (Psikolog Klinis), Ilhamnu’din Nu’man, M Si.
(praktisi psikologi Islam), dan bertindak sebagai moderator adalah Galuh
Andina, M Psi. (psikolog sekaligus pengurus Peduli Sahabat) . Rencana acara
diadakan tanggal 7 November 2015 di rektorat UIN Maulana Malik Ibrahim Malang lantai
5 namun karena peserta mencapai 600 orang maka acara terpaksa dipindahkan ke
gedung Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di Batu.
Awalnya acara
berjalan lancar meski ada beberapa peralatan yang saya rasa kurang mendukung.
Sampai pada penyampaian materi oleh Sinyo yang seharusnya diletakkan di akhir,
namun kemudian dipersilahkan mengawali untuk menghindari dugaan ormas-ormas
yang mengira ini adalah acara dari aktivis kelompok LGBT. Dengan waktu yang
sangat terbatas Sinyo berusaha untuk menyampaikan bagaimana awal beliau
mengenal dunia LGBT dan kesulitannya dalam menghadapi prasangka buruk
orang-orang dalam membantu para SSA yang tidak ingin menjadi LGBT dan usaha
prefentif agar anak-anak tidak sampai menjadi SSA. Beliau melakukannya dengan
menulis buku dan mendirikan organisasi non profit bernama Peduli Sahabat dan
Menanti Mentari.
Namun belum selesai
Sinyo menyampaikan seluruh materinya dan sesi berikutnya dilanjutkan, yaitu
materi dari speaker lain yaitu
psikolog. Acara dihentikan sejenak dengan adanya pengumuman dari panitia.
Ternyata ada Ormas NU (Nahdhatul Ulama),
GP Anshor yang kemudian memberikan
komentar akan adanya acara ini dan mengaitkan dengan acara pro LGBT yang
sebelumnya akan diadakan di FISIP UB dan hotel Swiss Bellin namun kemudian berhasil mereka gagalkan. Mereka
mengatakan jika timing acara ini
kurang tepat. Mereka tidak berniat membubarkan acara seminar ini – katanya.
Mereka mengatakan jika visi dan misi mereka sama dengan panitia/ penyelenggara
acara ini. Mereka mengajak peserta untuk ikut menolak kegiatan pro LGBT di
Malang Raya. Mereka menginginkan adanya konsensus bahwa kegiatan seminar ini
tidak akan mengarah pada usaha mendukung LGBT. Mengingat kelompok LGBT telah
mendapat pencapaian dalam usaha pelegalan pernikahan sesama jenis. Tentu saja
para peserta dan panitia menyetujui karena memang tujuan acara ini bukan untuk
memberi dukungan kepada kelompok LGBT apalagi mendukung pelegalan pernikahan
sesama jenis. Setelah dua orang wakil Ormas NU menyampaikan pandangan/ pendapat
mereka kemudian mereka mempersilahkan panitia dan peserta melanjutkan acara
seminar ini. Kemudian dari pihak UIN Maulana Malik Ibrahim Malang juga
menyampaikan jika sebelumnya ada keberatan akan diadakannya acara ini. Namun
acara ini tetap dilanjutkan dan mengundang ormas dan pihak yang keberatan
dengan acara ini. Asumsi kami sebagai peserta mediasi telah dilakukan dan acara
akan tetap diselenggarakan.
Kemudian panitia/ MC
mengambil alih acara dan mempersilahkan untuk mengisi acara dengan game
sebentar untuk sekedar refreshing
katanya – atau dengan maksud mengurangi ketegangan. Baru beberapa menit peserta
mengikuti intruksi yang diberikan untuk sekedar berdiri dan bermain, tiba-tiba
acara sekali lagi dihentikan. Kemudian perwakilan panitia mengatakan bahwa mereka
sudah berusaha keras untuk menyelenggarakan acara ini namun ternyata acara ini
tidak bisa diteruskan. Peserta diminta untuk meninggalkan ruangan. Saya kurang
tahu yang membubarkan acara ini apakah ormas yang sebelumnya telah sepakat
untuk mempersilahkan dilanjutkannya acara ataukah pihak kampus UIN Malik
Maulana Ibrahim, pihak kepolisian, atau pihak lain. Saya yakin peserta dan
panitia kecewa dengan kejadian ini. Saya secara pribadi sangat kecewa.
Untuk mengurangi
kekecewaan dan tetap berfokus pada usaha berbagi pengetahuan maka saya akan
mengulas sedikit materi yang disampaikan Sinyo dan untuk medukung akan saya
lengkapi dengan penjelasan yang saya dapat dari buku parenting beliau berjudul “Anakku Bertanya tentang LGBT”. Saya
tidak dapat memberikan penjelasan lengkap pada seluruh materi karena belum
semua disampaikan dan dibahas oleh pembicara karena keterbatasan waktu.
Semoga postingan saya
kali ini dapat memberikan gambaran kronologis kejadian pembubaran acara Seminar
Nasional LGBT dan sedikit menjadi pengobat kehausan ilmu para pembaca blog
saya.
Berikut ini beberapa
istilah yang perlu kita pahami terlebih dahulu.
1.
SSA (Same Sex Attraction)
Istilah ini digunakan
untuk memaparkan bahwa seseorang mempunyai rasa ketertarikan seksual dengan
sesama jenis (gender sejenis). Hal
ini sebatas ketertarikan, akan berbeda dengan identitas seksual LGBT.
2.
Homosexual
Homoseksual adalah
identitas seksual selain heteroseksual dan biseksual. Di kebanyakan negara
istilah homoseksual digunakan untuk menggambarkan dan menekankan pada tindakan
hubungan seksual sesama jenis, baik didasari pada SSA ataupun tidak.
3.
Gay dan Lesbian
Berbeda dengan SSA, gay dan lesbian mewakili identitas seksual. Jika anda tertarik dengan
sesama jenis (SSA), anda belum dapat dikatakan sebagai gay sampai dapat menerima orientasi seksual tersebut dengan senang
hati tanpa perlawanan sedikitpun atau tidak ada kegundahan ingin menjalani
hidup seperti heteroseksual. Sebutan gay berlaku
untuk laki-laki maupun perempuan, sedangkan istilah lesbian hanya digunakan untuk perempuan.
4.
Bisexual
Istilah ini digunakan
untuk menyebut identitas seksual dan atau orang yang mempunyai ketertarikan
seksual kepada sesama jenis dan lain jenis.
5.
Transexual dan Transgender
Transexual
adalah sebutan untuk orang yang ingin merubah kebiasaan hidup dan orientasi
seksualnya secara biologis, berlawanan dengan yang dimiikinya sejak lahir.
Sedangkan transgender adalah istilah
untuk menunjukkan keinginan tampil berlawana dengan jenis kelamin yang dimiliki.
6.
Intersexual
Istilah ini digunakan
untuk mendefinisikan seseorang yang secara biologis tidak dapat
diklasifikasikan sebagai laki-laki maupun perempuan karena memiliki
karakteristik keduanya.
7.
Asexual
Istilah ini digunakan
untuk menggambarkan seseorang yang tidak memiliki ketertarikan seksual (sex orientation) kepada siapapun atau
apapun.
8.
LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, &
Transgender)
Saat ini istilah ini lebih
banyak digunakan untuk menggambarkan seseorang atau kelompok yang memilih identitas
seksual selain heteroseksual. Saya katakan memilih karena individulah yang
memutuskan dia akan hidup sebagai LGBT atau straight.
Meski seseorang mempunyai SSA belum tentu dia akan memilih jalan sebagai
LGBT.
9.
Straight (Heterosexual)
Istilah ini digunakan untuk menyebut identitas
seksual maupun orientasi seksual terhadap lawan jenis, atau lawan dari homosexual.
10.
Homophobia
Istilah ini digunakan
untuk menyebut tindakan atau orang yang anti-komunitas gay.
PENYEBAB,
INDIKASI DAN ANTISIPASI
Menurut Sinyo penyebab
dari munculnya SSA (Same Sex Attraction)
pada seseorang berawal saat usia di bawah lima tahun (Balita). Menurut beliau
usia tersebut adalah titik awal berbelok (pembentukan sudut pandang). Lalu apa
saja yang dapat menjadi penyebab SSA, berikut diantaranya:
1. Anak butuh
perlindungan (ketidaknyamanan) - salah model dikarenakan situasi atau kondisi
yang memaksanya (terpaksa), hal ini dapat disebabkan antara lain karena:
a. Keluarga yang
kurang harmonis atau broken home
b. Pola asuh atau
mendidik anak dari bapak atau ibu yang otoriter (terlalu keras)
c. Dominasi ibu atau
bapak
2. Anak yang terlalu
dilindungi (over protected), hal ini
dapat terjadi pada:
a. Anak bungsu
(terakhir)
b. Anak tunggal
c. Anak satu-satunya
dengan jenis kelamin berbeda
d. Anak yang dianggap
istimewa; bisa karena kepandaiannya, ketampanan/ kecantikannya.
3. Anak yang bebas
(liar) – tidak adanya role model, hal
ini dapat terjadi pada:
a. Anak sulung (yatim
dan/ atau piatu)
b. Anak satu-satunya
dengan jenis kelamin berbeda
c. Anak dari keluarga
yang sangat demokratis dibebaskan mengambil role
model
d. Anak dari orang
tua yang sibuk bekerja atau jarang berada di rumah (kurang kebersamaan)
Selanjutnya menurut
Sinyo ada fase penguatan biasanya terjadi di umur enam sampai dengan sepuluh tahun:
1. Penguatan akibat
trauma (luka jiwa), misalnya:
a. Kekerasan seksual
(bagian dari pelecehan seksual)
b. Adegan kekerasan
orang yang dicintai
2. Penguatan terhadap
definisi – karakter:
a. Bully (penampilan, style, dan lain-lain)
b. Pola asuh (dandan,
dan lain-lain)
c. Pilihan kesukaan
(favorit film, karakter, dan lain-lain)
Umur 11 sampai dengan
14 tahun merupakan fase dimana anak mengalami kebingungan dan sekligus menjadi
penguatan:
1. Seks pertama kali
(keinginan/ mencari tahu) dari
a. Bacaan
b. Film
c. Dalam kehidupan
nyata (termasuk kekerasan seksual)
2. Pemilihan kegiatan
(mencoba mengatasi) antara lain:
a. Sepak bola
b. Pramuka
c. Membaca, menulis,
puisi
d. Menari atau
menyanyi (atau bidang kesenian lain)
Kemudian di usia 15
tahun ke atas merupakan fase pengkristalan
1. Self hypnosis (semakin jauh menyeret)
a. Bacaan (media,
buku agama, dan lain-lain)
b. Ustadz (larangan,
ketakutan, dan lain-lain)
c. Kelompok LGBT
2. Bergabung kelompok
LGBT
3. Menyendiri
(negatif)
“Hai orang-orang yang
beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran)
karena ALLAAH, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada
ALLAAH, sesungguhnya ALLAAH Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(TQS. Al-Maidaah: 8)
“Sesungguhnya ALLAAH menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya ALLAAH memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya ALLAAH adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(TQS. An-Nisaa’: 58)
“Hai orang-orang yang
beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah
dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
(TQS. Al-Hujaraat:
6)
“Hai orang-orang
beriman apabila dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis’, maka
lapangkanlah niscaya ALLAAH akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan, ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya ALLAAH akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan ALLAAH Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
(TQS. Al-Mujadilah: 11)