| Home | Book-Literature | Inspiring-Religion | Economy-Business | Social-Cultural-Languange | Politics-Conspiracy | Health-Sport | Music-Movie | Femininity-Parenting |
Showing posts with label sejarah. Show all posts
Showing posts with label sejarah. Show all posts

Thursday, 30 October 2014

HASHOMER: PELINDUNG YAHUDI [TERORIS YAHUDI PART 1]

    Sebelum bangsa Yahudi Zionis mendeklarasikan berdirinya negara Israel di tanah Palestina dan membantai rakyat Palestina hingga sekarang, ternyata banyak jejak sejarah dan rekaman yang menerangkan bahwa tentara Isarel sudah menyiapkan seperangkat kelompok teroris yang akan bertugas membasmi rakyat Palestina dan mendirikan Negara ilegal Israel. Kenapa disebut ilegal? Karena secara syarat pendirian negara seharusnya Israel tak dapat berdiri. Syarat negara adalah mempunyai penduduk, wilayah dan kemudian kedaulatan. Sedangkan Israel pada saat itu tidak mempunyai wilayah, wilayah yang didudukinya adalah milik Palestina. Terkait penduduk pun Israel sebenarnya tidak bisa dikatakan mempunyai penduduk, penduduk yang mendiami Israel orang-orang dari berbagai negara lain di seluruh dunia yang dengan sukarela dan juga terpaksa berpindah ke Palestina atas propaganda para pendiri Zionis Israel. Berikutnya tentang kedaulatan atau pengakuan negara lain, bahkan sampai sekarang bagaimana mungkin Israel bisa dikatakan berdaulat jika didirikan di atas tanah dan negara lain dengan membunuh dan mengusir warga negara tersebut? Negara-negara arab, timur tengah dan negara-negara lain pun banyak yang tidak mengakui berdirinya Israel, negara yang mengakui bangsanya sebagai bangsa yang terbaik ini. Hanya saja dengan pengaruh, jejaring, diplomasi, propaganda, kekerasan dan segala cara lain mereka lakukan untuk mendirikan Israel Raya di bumi Palestina, bukan di negara lain.  
  
Sebuah data dan fakta mengenai milisi-milisi kelompok teroris Zionis yang memliki andil penting dalam memuluskan jalan berdirinya negeri Rasis Israel pada tahun 1948. Jadi apa yang dilakukan (baca: penjajahan dan pembunuhan massal)  Israel selama ini terhadap Palestina, utamanya di Gaza bukanlah sekedar reaksi atas perjuangan Hamas dan pejuang Palestina lain – yang sering dijadikan alasan dan pembenaran pihak Israel dan pembelanya, namun memang sudah dipesiapkan dan direncanakan sejak jauh-jauh hari bahkan berpuluh-puluh tahun lamanya.

     Seperti yang sudah saya janjikan sebelumnya, dalam kesempatan kali ini saya akan membahas tentang kelompok-kelompok teroris yahudi sebelum berdirinya Israel di negeri para nabi Palestina. Saya tidak akan mengupas sepak terjang seluruh kelompok yahudi itu dalam satu postingan, tapi saya akan coba mengulasnya secara berurutan dan bersambung.
Pertama saya akan mengulas tentang kelompok Hashomer.

CIKAL BAKAL HASHOMER

Anggota Hashomer (1909)
     Dalam bahasa Ibrani (Hebrew: השומר‎) yang merupakan bahasa resmi Zionis Israel, Hashomer (HaShomer) berarti penjaga atau pelindung (The Watchman). Kelompok ini termasuk organisasi teroris Zionis pertama dan terpenting sebelum pembentukan rezim Zionis Israel. Aktivitasnya adalah menjalankan aksi untuk melindungi koloni-koloni pemukiman Yahudi di Palestina.
Amos Perlmutter menulis, “Unit Pertahanan pertama Yahudi di pengungsian dibentuk di penghujung abad ke-19 di Eropa Timur. Pada tahun 1905, Partai Puali Zion yang didirikan sebelum gerakan Sosialis Zionis mengawasi pembentukan kelompok-kelompok pertahanan di Palestina. Pada tahun 1909 tempat mereka diambil alih oleh kelompok Hashomer.”

Menurut Madjid Sahafa mulanya Hashomer bukanlah merupakan kumpulan orang-orang Zionis yang sepaham, melainkan gabungan para aktivis Zionis dari Eropa Timur, Ukraina, dan Kaukasus. Belakangan, orang-orang Yahudi Marxis dari Rusia bergabung dan menciptakan spirit militerisme di dalam tubuh Hashomer.
Sedangkan Leonerd Mosely mengatakan bahwa pada tahun 1907 imigran Zionis membentuk sebuah organisasi militer bernama Bar Guevara (Komunitas Rahasia Yahudi) yang bertugas mengumpulkan informasi-informasi rahasia. Imigran yang membentuk Bar Guevara adalah Yitzhak Ben Tarvi, Alexander Zeid dan Israil Shuhet. Bar Guevara adalah cikal bakal Hashomer. Setelah dua tahun berjalan, reorganisasi pun dilakukan dan nama Bar Guevara kemudian diubah menjadi Hashomer.

METAMORFOSIS HASHOMER
     Meski mulanya Hashomer dibentuk untuk melindungi koloni-koloni pemukiman Yahudi, namun belakangan kelompok ini bermetamoforsis menjadi kelompok teroris, militer, dan spionase ZionismeHashomer memiliki pengaruh kuat pada sebagian besar organisasi-organisasi sosialis Zionis dan melancarkan aksi teror bagi rakyat Palestina.
Selain menjaga dan melindungi koloni-koloni Zionis di Palestina, Hashomer juga membangun beberapa koloni pemukiman Yahudi untuk ditempati oleh para imigran Yahudi yang datang dari Eropa Timur.
Koloni pertama dan kedua yang dibangun Hashomer adalah koloni Marjabia dan Tel Hadshim, dua-duanya terletak di Lembah Bisan. Selain itu Hashomer membangun koloni di Desa Mithlah di sekitar kawasan Jalil bernama Kofr Jaladi.

     Saat awal Perang Dunia I, Hashomer sempat dikejar-kejar oleh pihak Turki. Rahasia-rahasia kelompok Hashomer akhirnya terbongkar setelah penangkapan salah seorang anggota kelompok spionase Neili bernama Lisanisky. Kejadian ini berujung pada penangkapan 12 anggota Hashomer.
Meski demikian, orang-orang Turki tidak bisa memperoleh informasi lengkap perihal aktivitas anggota Hashomer dalam jaringan Zionis. Akhirnya Hashomer selamat dari pengejaran pejabat-pejabat Turki namun tidak bisa terbebas dari dampak spionase yang dilakukannya, yaitu pendeknya masa aktivitas organisasi dan pembubarannya.

     Setelah Palestina jatuh ke tangan Pasukan Inggris (Britania Raya) terbongkarlah bahwa beberapa pemimpin Hashomer bekerja pada sebuah jaringan spionase dan menjadi penghubung antara jaringan itu dengan komite politik Pishof. Meskipun belakangan diketahui bahwa sebagian bantuan dana itu tidak sampai ke tangan komite melainkan masuk ke kantong beberapa pengurus Hashomer.
Sepanjang periode kekuasaan Inggris atas Palestina, Hashomer meningkatkan aksi teror dan militernya terhadap warga Palestina dan Inggris.
Hashomer Memorial (Tel Hai)
Akhirnya pada permulaan dekade abad ke-20, ketika kaum Zionis merasakan kebutuhan mendesak untuk membentuk sebuah kekuatan militer besar, Hashomer pun mengusulkan pembentukan organisasi Irgun HaHagannah Ha’vri (Haganah) dan segera berinisiatif mendirikannya. Namun beberapa anggota Hashomer menolak usulan tersebut dan lebih memilih membentuk kelompok perang kecil bernama Brigade-Brigade-Perang. Kelompok ini pun tetap berbentuk seperti ini, hingga revolusi terhadap rakyat Palestina meletus pada tahun 1929. Di kemudian hari, akhirnya mereka terpaksa bergabung dengan Haganah (baca: hah gah nah)

MEMBER
Anggotanya yang merupakan tokoh terkenal diantaranya:
  • Israel Shochat (one of the founders and leaders of the movement)
  • Manya Shochat (the mother of collective settlement in Israel)
  • Yitzhak Ben-Zvi (second President of Israel as well as a founder)
  • Alexander Zaïd (a founder)
  • Mendel Portugali (a founder)
  • Israel Giladi (a founder)
  • Yehezqel Nissanov (A founder)
  • Eliyahu Golomb (one of the major Haganah leaders)
  • Haim Sturman (an active figure in the Haganah and the Jezreel Valley settlements)
  • Pinhas Sneerson (an active figure in "Gdudei HaAvoda" and the "Haganah")
  • Avraham Yosef Berl (the first fatality in the movement)
      Yutzhak Ben Tarvi (Yitzak Ben-Zvi) yang merupakan salah seorang pengurus Hashomer akhirnya berhasil menjadi presiden Israel dan Ben Gurion yang menjadi perdana menteri pertama Israel adalah salah seorang pendukung utamanya. 
 
     Postingan saya berikutnya akan membahas tentang kelompok atau organisasi yahudi yang pernah disinggung di atas, yaitu Irgun HaHagannah Ha’vri (Haganah), Insya Allaah. Ditunggu ya, dan jangan lupa subscribe atau follow. Jika ada yang salah mohon dikoreksi. Merci. :)




[Referensi: Islampos.com, wikipedia, Militer dan Politik di Israel, Negara FiktifGideon Goes To War]


 

Saturday, 16 August 2014

ZIONIS IS THE REAL TERORIST!


     Berbicara dengan seorang Yahudi mungkin akan membuat kita bingung. Dari dulu hingga kini, ketika Angkatan Udara Israel sedang melumatkan ratusan orang sipil di Jalur Gaza, mereka masih tetap saja bersikeras bahwa merekalah sebenarnya korban kekerasan yang sesungguhnya.
Siapapun yang mengenal betul bangsa Yahudi akan segera menyadari bahwa sebagian orang (warga) Yahudi tidak mengetahui asal-usul sejarah mengapa mereka berada di tanah yang kini mereka tempati itu. Mereka selalu mengatakan, “Orang-orang Palestina itu, mengapa mereka tinggal di tanah kita? Mengapa mereka tidak tinggal saja di Mesir, Syria (Suriah), Lebanon, atau negara Arab lainnya?” Yang lebih populer lagi adalah, “Ada apa dengan orang Palestina itu? Kita memberi mereka air, listrik, pendidikan dan yang mereka lakukan terhadap kita adalah membuang kita ke lautan.”

  Jika pembaca bertanya, mengapa orang Israel tidak mengetahui sejarah mereka? Jawabannya sederhana sekali karena mereka tidak pernah diberitahu hal yang sebenarnya. Di semua kota yang ada di Israel, bisa ditemukan patung memorial yang aneh berbentuk pipa, namanya Davidka. Davidka yang merupakan senjata kanon Israel pada tahun 1948. Walaupun senjata itu tidak begitu mematikan seperti kanon masa kini tapi Davidkalah yang pertama membuat warga Palestina tunggang langgang ketika diperdengarkan suaranya.

   Rakyat Israel benar-benar buta akan sejarah Palestina, bahkan mungkin sejarah bangsanya sendiri. Mereka menginterprestasikan bahwa perjuangan orang Palestina selama ini hanya sebuah reaksi dari kegilaan maut pemerintahan Israel, bukan karena dijajah. Mereka memahami bahwa rakyat Israel adalah korban tak berdosa dan orang Palestina tak lebih dari pembunuh brutal. Ini memberikan gambaran bahwa membiarkan bangsa Yahudi terus berpikir seperti ini akan menghilangkan tanah Palestina. Ketika mereka pertama kali mendengar bahwa bangsa Palestina berjuang merebut tanahnya yang dirampas Israel, mereka berkata, “Tanah apa? Bangsa Palestina membuat kami geli.”

   Selama ini kita melihat perjuangan Hamas yang sangat alot. Hamas sudah membuktikan bahwa mereka bisa menghadapi Israel dalam jangka waktu yang lama. Begitupun pejuang-pejuang lain Palestina. Mereka terus menyampaikan pesan ke segenap penjuru Palestina, “Tanah air tercinta kami, kami tak akan lupa, kami masih akan tetap terus di sini berjuang untuk merebut kembali engkau, sekarang ataupun nanti, cepat ataupun lambat. Kami akan memulai lagi di mana kami berhenti.” Dan itu adalah pesan lain kepada Israel untuk segera angkat kaki dari Sderot, Beer Sheva, Ashkelon, Ashdod, Tel Aviv dan Haifa.

  Semuanya belum berakhir di sini. Israel telah mencoba segalanya untuk mengenyahkan bangsa Palestina, mulai dari ujian kelaparan – dengan memblokade segala bantuan makanan juga obat-obatan dari luar – hingga pembantaian langsung. Namun sampai sekarang tak ada yang berhasil, bahkan semangat perjuangan rakyat Palestina terus bangkit. Setelah Palestina bangkit, semua rakyat Israel cemas, “Sekali lagi, kemanakah kami akan berpijak untuk  hidup?”

   Bagaimana bisa (sungguh tega) bangsa yang merasa tidak punya rumah/ tanah kemudian merebut tanah orang lain kemudian mengusir mereka sebisa mungkin dengan segala cara,termasuk membunuh. Perbuatan mereka telah membuat bangsa lain tersebut merasakan seperti apa yang mereka rasakan. Apakah pantas rakyat Palestina mendapat perlakuan seegois dan sekejam itu? Bahkan rakyat manapun tidak akan rela bangsanya diperlakukan seperti itu. Karenanya sudah selayaknyalah rakyat palestina berjuang mempertahankan rumah, tanah, hidup, nyawa, harga diri, keluarga/ keturunan, eksistensi, keyakinan dan kemerdekaan/ kebebasan mereka. Dan sangat layak pula kita sebagai penduduk bumi yang berakal sehat membela perjuangan rakyat Palestina semampu kita, baik dengan jihad nyawa, harta, fikiran serta doa.

SEJARAH PALESTINA & ISRAEL
   Palestina, sebuah negara yang tak akan pernah berhenti menjadi perhatian dunia. Palestina adalah daerah yang unik barangkali karena daerahnya yang hanya tiga, yaitu Tepi Barat, Jalur Gaza dan Yerussalem. Namun tahukah pembaca, sebelum Yahudi datang menjajah, Palestina memiliki daerah yang luas.

   Pada 30 Januari 1922 Kongres AS menyetujui dukungan terhadap pendirian Israel di Palestina yang disebut juga dengan Deklarasi Balfour-Amerika. Tujuh tahun kemudian orang-orang Palestina memprotes aksi kekerasan pemuda-pemuda Yahudi (Kebangkitan Dinding Ratapan). Tahun 1935 sampai dengan 1948 kelompok teroris Yahudi Zionis melakukan pembunuhan massal dengan tujuan mengusir orang-orang Palestina dari tanah air mereka agar dapat ditinggali oleh para imigran Yahudi dari berbagai dunia. Permasalahan ini kemudian diperhatikan oleh PBB hingga menghasilkan sebuah resolusi.
Kemudian pada 14 Mei 1948 orang-orang Zionis Israel berhasil mendeklarasikan berdirinya negara Yahudi di tanah Palestina, yang mereka sebut negara Israel. AS tentu saja menyatakan pengakuannya terhadap Israel. Negara-negara Arab menolak deklarasi tersebut dan esoknya membentuk pasukan sekutu Arab yang terdiri dari Suriah, Mesir, Yordania, Lebanon, dan Irak (ingat tidak ada Iran di sini). Pecahlah perang pertama Arab-Israel. Sayangnya perang ini justru memperluas wilayah Israel termasuk wilayah Yerussalem Barat. Mesir menguasai Jalur Gaza, Yordania menguasai Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Ribuan warga Palestina menjadi pengungsi di tanah mereka sendiri!

  Pada tahun 1949 PBB menerima Israel sebagai anggota dengan syarat Israel harus menerima Resolusi 18 dan Resolusi 194. Ini berarti Israel mengakui pendirian negara Palestina dan Israel harus mengizinkan para pengungsi Palestina kembali ke tanah air mereka. Seperti yang diketahui oleh dunia, resolusi ini tak pernah dipatuhi dan Israel tetap bisa menjadi anggota PBB hingga kini.
Tanggal 31 Januari 1980 Parlemen Israel menetapkan Yerussalem sebagai ibukota negara Israel. Padahal PBB sudah menetapkannya sebagai Corpus Separatum yaitu sebuah kota yang terpisah dan tidak boleh dikuasai oleh bangsa Arab ataupun Yahudi dan dikendalikan oleh rezim PBB. Pada 10 Juli 1980 secara resmi Israel mencaplok kota itu dan menyatakan seluruh Yerusalem sebagai ibukota Israel. Hingga sekarang apa reaksi PBB?!

   Israel semakin menjadi. Merasa mendapat perlindungan AS dan PBB, mereka menyerang Lebanon dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila. Pelanggaran terhadap batas-batas internasional ini tidak berhasil dibawa ke forum PBB karena adanya veto dari AS sebagai pendukung setia Israel. Selain itu Israel juga melakukan serangkaian pemboman atas instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya dan Tunisia. Pada tahun 1987 Palestina mulai melancarkan Intifadhah I.

    Pada akhir tahun 1976 angka Yahudi mencapai 46,2% dari keseluruhan penduduk Israel di Palestina jika dibandingkan antara generasi eksodus yang saat itu dengan saat sebelumnya. Pemuda Yahudi di bawah usia 20 jumlahnya mencapai 52,4%. Padahal eksodus Yahudi ke Palestina menurun sejak tahun 1970.
Ekonomi Israel adalah ekonomi kecil bentuknya jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Pada laporan 1979 penduduk Israel mencapai 3,8 juta jiwa. Pada akhir tahun 1980 penduduk bertambah menjadi 3,9 juta jiwa. Jumlah tersebut sebenarnya tidak cukup untuk membentuk sistem ekonomi untuk mewujudkan proyek-proyek ekonomi yang produktif, karenanya mereka pasti membutuhkan bantuan. Misalnya bantuan untuk proyek-proyek industri lebih dari 40% dari jumlah keseluruhan nilai produksi di bidang industri.
Ekonomi Israel adalah ekonomi teraneh di Timur Tengah, sebab hanya enam persen dari perdagangan ekspor Israel yang bekerja sama dengan negara-negaraTimur Tengah. Mereka mengandalkan impor dari Iran (Syiah). Dari sisi sumber daya alamnya, secara umum Israel termasuk negara yang miskin, terutama sumber SDM. Ini disebabkan oleh konsentrasi mereka pada bidang pertanian karena terkait dengan faktor ideologi.

   Di tahun 2000 para penduduk Israel lebih suka menetap di apartemen yang banyak didirikan di atas tanah rampasan dari Palestina. Orang Yahudi pada tahun itu sudah menguasai lebih dari 85% tanah Palestina. Bandingkan dengan pertama kalinya mereka menginjakan kaki di tanah Palestina yang hanya berjumlah sekitar tidak kurang dari lima persen saja!
Pada tahun 2000 saja jumlah penduduk Israel keseluruhan mencapai 7.337.000 jiwa. Ini artinya jumlah penduduk Israel meningkat 1,8% dari jumlah penduduk tahun sebelumnya. Dan sampai sekarang, 14 tahun sesudahnya berapa jumlah penduduk Zionis Israel? Sedangkan Palestina berapa? Lalu apa yang sudah dilakukan bangsa arab, PBB, pengadilan internasional, negara Islam dan mayoritas muslim, negara dan kelompok yang menggaung-gaungkan HAM serta cinta perdamaian?
Hingga kini, tak bisa dipungkiri telah terjadi perampokan terbesar dalam sejarah umat manusia, yaitu perampasan sebuah negeri, negeri Palestina. Negeri yang menjadi tempat terpenting, tersuci bagi tiga agama besar dunia, Islam, Kristen dan Yahudi. Dari jaman dulu hingga akhir jaman negeri ini akan terus diperebutkan.




[Sumber: eramuslim.com]


Friday, 18 July 2014

SEJARAH PALESTINA

       Palestina adalah sebuah nama untuk menyebut wilayah barat daya Negeri Syam. Sebuah wilayah yang terletak di bagian barat Benua Asia dan bagian pantai timur Laut Tengah. Palestina terletak di titik strategis karena dianggap sebagai penghubung antara benua Asia dan Afrika, disamping sebagai sentra yang mempertemukan wilayah dunia Islam.
Nama klasik yang terkenal untuk sebutan negeri ini adalah “Tanah Kan’an” karena yang pertama kali bermukim di sini yang dikenal dalam sejarah adalah bangsa Kan’an, mereka datang dari Jazirah Arab sekitar 2500 tahun Sebelum Masehi (SM). Adapun nama Palestina sendiri diambil dari salah satu bangsa-bangsa pelaut, kemungkinan mereka datang dari daerah barat Asia kecil dan wilayah laut Ijah sekitar abad ke 12 SM. Nama ini ditemukan di ukiran Mesir dengan nama “Ba Lam Sin Ta, PLST”. Adapun penambahan Nun “N” kemungkinan untuk menunjukan kata jamak (plural). Mereka bermukim di wilayah-wilayah pesisir dan berasimilasi dengan orang-orang Kan’an dalam waktu yang tidak terlalu lama. Namun orang-orang Kan’an memberikan nama buat tanah wilayah tersebut dengan nama mereka (orang-orang Palestina).

     Mengenai bentuk dan batas-batas wilayah Palestina pada jaman dahulu belum dikenal secara konkrit seperti sekarang, kecuali pada masa penjajahan Inggris atas Palestina tahun 1920-1923 M. Dalam perjalanan sejarahnya, penetapan batas wilayah ini terkadang menyempit dan meluas namun secara umum ada hal yang konstan tentang wilayah ini bahwa ia tetap terletak di antara Laut Tengah, Laut Mati dan Sungai Jordan sebagai bagian dari wilayah negeri Syam.
Sangat sulit menetapkan batas-batas wilayah Palestina secara historis namun akan dibahas sekilas tanda-tanda perkembangan historis terpenting bagi batas-batas ini. Pada masa Bizantium sampai pertengahan abad IV Masehi, wilayah Palestina terbagi menjadi tiga daerah administratif, yakni:
1.  Palestina I
     Batas wilayah ini meliputi sebelah utara mulai dari selatan Gunung Karmel dan Padang Ibnu Ameer, sebelah selatan berupa garis yang membentang dari selatan Rafah ke arah timur sampai pertengahan Laut Mati. Perbatasan timur wilayah ini meliputi bagian-bagian timur Yordania, garis perbatasannya melewati selatan Bisan dan membelah Sungai Yordan yang mengelilingi wilayah antara Ajlon untuk sebelah utara dan ujung Laut Mati untuk sebelah tenggara. Yang menjadi jantung Palestina I ketika itu adalah Kota Qasariyah yang meliputi kota Al-Quds, Nablus, Yafa, Gaza dan Asqalan.
2.  Palestina II
      Wilayah ini meliputi pegunungan El-Jalil, Maraj Ibn Ameer dan dataran-dataran tinggi yang membentang ke arah timur dari Danau Thabriyah, yaitu wilayah-wilayah bagian timur Yordania dan Syria (Suriyah) sekarang ini.
3.  Palestina III
      Wilayah ini mencakup daerah-daerah yang terletah di sebelah selatan garis Rafah - Laut Mati, sampai Teluk Aqabah. Wilayah ini berpusat di kota Al-Betraa yang sekarang ini terletak di wilayah bagian timur Yordania.

      Ketika Palestina masuk di bawah pemerintahan Islam pada masa kekhalifahan Umar bin Khathab Radiyallahu ‘Anhu maka dianggap sebagai bagian dari Negeri Syam. Saat itu negeri Islam dibagi menjadi tujuh wilayah dan Syam adalah salah satu dari ketujuh wilayah tersebut. Pada masa Khulafaur Rasyidin, secara administratif Negeri Syam terbagi menjadi beberapa kota administratif, yakni Kota Administratif Himsh, Damaskus, Palestina dan Yordania.

      Sedang pada masa kekhalifahan Bani Umayah ditambah kota administratif yang kelima, yaitu Kota Administratif Qanisrain. Wilayah kota administratif Palestina membentang dari Rafah yang berbatasan dengan Sinai sampai ke El-Lajun, yakni sebuah kota yang terletak setelah 18 km barat laut kota Jenin. Wilayah administratif Palestina beribukotakan Alladu sampai akhirnya Sulaiman bin Abdul Malik menjadi wali wilayah ini pada masa kekhalifahan saudaranya, Khalifah Alwalid bin Abdul Malik, pada tahun 86-97 Hijriah. Kemudian Sulaiman memerintahkan pembangunan kota Remlah yang kemudian menjadi ibukota wilayah ini.

      Selanjutnya Palestina menjadi wilayah yang terlepas pada masa kekhalifahan Bani Abbasiyah, tepatnya setelah masa pemerintahan Abu Abbas al Sifah dengan Remlah tetap menjadi sentral pemerintahan. Setelah berdiri sendiri Palestina terbagi menjadi 12 Kurah (kota), yakni Remlah, Eilia (Al-Quds), Amwas, Alladdu, Yabna, Yafa, Qaisariya, Nablus, Sabastiyan, Asqalan, Gaza, Beit Jabrain serta bergabung ke dalamnya wilayah pinggiran, Zagar, Diyar Qaum, Lud, Syara dan pegunungan hingga Aila di Teluk Aqabah.
Adapun Kota Administratif Yordania, berdasarkan fakta-fakta kontemporer, sekarang ini menjadi bagian wilayah timur Yordania, wilayah utara Palestina dan selatan Lebanon. Ketika itu Yordania merupakan kota anministratif terkecil dari negeri Syam yang berpusat (ibukota) di Thabriya, yang terdiri dari 13 Kurah. Yaitu Thabriya, Samira, Bisan, Fuhl, Jursy, Beit Ras, Jadr, Abil, Susiya, Shafwariya, Aka, Qadas (utara Shafad) dan Shur.

      Pada masa pemerintahan Mamalik (tahun 1250-1517) secara administratif Negeri Syam terbagi menjadi beberapa wilayah perwakilan (niyabah). Wilayah Palestina terdiri dari tiga niyabah, yakni Shafad, Al-Quds dan Gaza. Niyabah Shafad meliputi wilayah dari utara Palestina dan selatan Lebanon sampai ke sungai Lithani. Pada masa kekhalifahan Turki Utsmani di Syam (tahun 1516-1918) negeri ini terbagi menjadi tiga iyalah (distrik), yakni Iyalah Damaskus, Halb dan Tharablus. Setiap iyalah terdiri dari beberapa daerah administratif yang disebut sanajiq. Ketika itu Sanajiq Nablus, Gaza, Al-Quds, Lajun dan Shafad berada dalam iyalah Damaskus. Sanajiq Nablus meliputi bagian-bagian wilayah timur Yordania. Ketika dibentuk iyalah baru Shaida pada tahun 1660, masuk dalam distrik ini wilayah Shafad yang kemudian sentral pemerintahan berpindah  ke Aka pada tahun 1777. Setelah itu turut bergabung dalam Iyalah Shaida kota Al-Quds, Nablus dan Balqa. Dan ketika terbit sistem kewilayahan baru pada tahun 1864 Iyalah Shaida bergabung dalam wilayah (propinsi) Syria/ Suriah. Dan ketika dibentuk wilayah (propinsi) Beirut pada tahun 1887, Aka, Balqa dan tiga kota lainya terpisah dari wilayah Suriah membentuk propinsi-propinsi (wilayah) baru. Wilayah Beirut membentang sampai penghujung jalan antara Nablus dan Al-Quds yang mencakup kota Aka dan Balqa yang berpusat di Nablus yang meliputi pinggiran Jenin, Bani Sha’b, Jamain dan Salth. Saat itu kota Aka mencakup pinggiran Haifa, Nashira, Thabriya dan Shafad. Wilayah-wilayah utara Palestina ini masih tetap menjadi bagian wilayah Beirut sampai  tahun 1914. Sedangkan distrik Al-Quds – melihat dari urgensi dan kekhawatiran Daulah Utsmaniyah dari ketamakan zionis Yahudi serta masuknya campur tangan negara asing dalam urusan Al-Quds – pihak daulah memisahkannya dari Propinsi Suriah dan dinyatakan sebagai wilayah otonomi yang berdiri sendiri dan langsung terikat oleh pemerintah pusat sejak tahun 1874. Wilayah ini meliputi bagian tengah dan selatan Palestina yang diikuti wilayah pinggiran Al-Quds, Yafa, Gaza dan Hebron (Al-Khalil). Pada tahun 1909 dibangun pinggiran Bi’r Sebaa yang sebelumnya merupakan bagian dari pinggiran Gaza. Melihat kuatnya kekuasaan Al-Quds beberapa kali terjadi penggabungan wilayah Nablus (Balqa’) juga pinggiran Nashira selama tahun 1906-1909. Kekuasaan otonomi Al-Quds ini terus berlanjut hingga akhir kekhalifahan Daulah Utsmaniyah.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan:
·         Bahwa penamaan Palestina adalah penamaan sudah ada sejak lama (klasik). Yang secara ghalib meliputi daerah antara Laut Tengah, Laut Mati dan Sungai Yordan.
·         Bahwa Palestina adalah wilayah bagian dari Negeri Syam. Karenanya, pembagian wilayah secara administratif, penamaan wilayah-wilayah, perluasan sebagian wilayah dan penyempitan sebagian yang lain tidak pernah mempengaruhi perasaan penduduk aslinya, mereka adalah bagian tak terpisahkan dari umat Islam yang utuh. Loyalitas mereka kepada pemerintah takkan pernah goyah selama pemerintahnya adalah muslim.
·         Bahwa pembagian wilayah secara administratif tidak lain hanyalah pembagian secara tekhnis belaka, untuk memudahkan kontrol yang dilakukan oleh Daulah Islamiyah dalam rangka mengelola propinsi-propinsi yang ada. Perubahan tersebut tidak memberikan dampak sensitif apapun pada masyarakat umum. Perubahan ini terjadi sebagaimana terjadi pada negeri manapun saat ini; mulai dari perluasan, penyempitan atau penamaan kembali terhadap propinsi-propinsi, distrik dan yang sejenisnya tanpa harus merombak esensi kehidupan manusia. Oleh karenanya hal yang alami apabila wilayah utara Palestina menjadi bagian kota Yordania, juga wilayah-wilayah timur Yordania menjadi bagian Palestina. Wajar pula wilayah-wilayah utara Palestina menjadi bagian wilayah (propinsi) Beirut, atau kota Nablus menjadi pusat propinsi Balqa’, dan seterusnya.
·         Bahwa perasaan dan wawasan sempit dan terkungkung tidak pernah terjadi di antara mayarakat Negeri Syam (dan kaum muslimin secara umum). Bahwa kebebasan untuk berpindah-pindah, bergerak, bermukim, bekerja dan kepemilikan adalah hal yang wajar dan alami yang bisa dilakukan oleh semua masyarakat Negeri Syam tanpa ada perasaan sempit dan terikat.
·         Bahwa pembatasan-pembatasan berdasarkan territorial serta status kebangsaan berdasarkan domisili wilayah sangat jauh dari kehidupan masyarakat muslim sepanjang masa pemerintahan Islam sampai akhir kekhalifahan Daulah Utsmaniyah. Benih-benih kebangsaan dan Nasionalisme sempit tidak pernah tumbuh kecuali setelah jaman penjajahan Barat. Namun sayang sekali hal itu tidak mengakar, kecuali dengan munculnya negara-negara domestik Arab dan negara-nagara Islam yang berdiri sendiri.

      Telah menjadi kebiasaan orang-orang Arab menyebut tanah Palestina dengan nama Syria/ Suriah Selatan. Ini tidak lain karena adanya anggapan bahwa Palestina merupakan bagian dari Suriah (Negeri-Negeri Syam). Pada masa pemerintahan Arab di Damaskus (sejak awal Oktober 1917 sampai Juli 1920), Palestina - meskipun dijajah Inggris - menjadi perwakilan dalam muktamar umum Suriah. Bahkan surat kabar Arab yang pertama kali terbit setelah penjajahan Inggris mengusung nama Suriah Selatan (Suriya al Janubiyah). Kebanyakan tokoh-tokoh Palestina berada di Suriah (Damaskus), diantaranya adalah para wakil dalam muktamar Suriah yang memproklamirkan kemerdekaan Suriah pada tanggal 8 Maret 1920. Nama ini tidak pernah lenyap dari Palestina kecuali setelah pertempuran Meislon, penjajahan Perancis atas Suriah dan jatuhnya pemerintahan Arab di Suriah pada Juli 1920.

      Di bawah kolonialisme Inggris, perbatasan antara Palestina dengan Lebanon di satu pihak dan Lebanon dengan Suriah di pihak lain. Ini berdasarkan perjanjian Inggris dengan Perancis yang diadakan pada 23 Desember 1920, yang kemudian ada beberapa perubahan pada tahun 1922-1923. Adapun perbatasan Palestina dengan wilayah timur Yordania ditetapkan oleh perutusan Palestina dan wilayah timur Yordania pada awal September tahun 1922. Dengan penetapan perbatasan ini, maka luas wilayah Palestina mencapai 27009 km2 yang membentang antara garis 29,300 dan 33,150 Lintang Utara, dan antara garis 34,150 dan 35,400 Bujur Timur. Panjang perbatasan Palestina dengan wilayah timur Yordania mencapai 360 km, dengan Suriah mencapai 70 km, dengan Lebanon mencapai 79 km dan dengan Mesir mencapi 210 km. Sedang pantai Palestina di Laut Tengah panjangnya mencapai 224 m.

     Secara mendasar, dengan memotong garis bujur wilayah Palestina mungkin dapat dibagi menjadi tiga wilayah, yakni wilayah pinggiran pantai, dataran tinggi pegunungan yang menyebar di hampir seluruh wilayah Palestina dan galur Yordania (wilayah dataran rendah Yordania). Wilayah pinggiran Palestina menyempit karena bersebelahan dengan Gunung Karmel di Haifa sampai 200 m dan meluas ke arah selatan mencapai 30 km di wilayah Gaza. Di wilayah inilah terkonsentrasi pemukiman penduduk dan kegiatan ekonomi dalam skala besar. Saat itu sekitar tiga perempat penduduk Palestina terkonsentrasi di wilayah ini, di tambah aktifitas ekonomi di pelabuhan khususnya di Haifa, wilayah-wilayah ini merupakan pusat kegiatan pertanian strategis terutama produksi asam. Adapun dataran tinggi di wilayah tengah Palestina meliputi pegunungan Nablus, Al-Khalil (Hebron) dan perbukitan Nagev yang luasnya mencapai 1000 m. Kemudian Gunul Halhul mencapai 1020 m, Gunung Jurzaim dan ‘Aibal mencapai 940 m. Dan di rangkaian pegunungan El-Jalil di wilayah utara Palestina, di situ ada gunung tertinggi di Palestina, menjulang gunung El-Jurmeq luasnya mencapai 1208 m.
Di wilayah dataran tinggi ini berkembang sejumlah kota-kota penting Palestina seperti Al-Quds (Jerusalem), Nablus, El-Khalil (Hebron), Bethlehem dan Ramallah. Meskipun wilayah-wilayah ini terbuka namun sejak ribuan tahun tetap menjadi markas penduduk yang bercirikan pedesaan. Sebagian besar wilayah tanahnya subur, bagus untuk pertanian. Para petani Palestina memanfaatkannya untuk ditanami kacang-kacangan, sayuran, pertanian zaitun, chrom, perkebunan buah badam dan di tambah lagi padang gembala ternak.
Sedang Bukit Nagev yang luasnya mencapai 10.000 km2 merupakan wilayah padang pasir yang sedikit sekalimemiliki potensi alam, kecuali daerah pinggiran utara. Selebihnya tidak pernah mendapatkan curah hujan kecuali 50 mm atau lebih kecil dari itu. Merupakan wilayah Palestina yang paling sedikit penduduknya.
Adapun wilayah dataran rendah (galur) Yordania luasnya membentang 460 km dari kaki Gunung Syaikh (sebelah utara) sampai Teluk Aqabah (sebelah selatan), membentang sepanjang garis perbatasan Palestina-Yordania, di bagian utara dilewati sungai Yordan kemudian masuk danai Thabriya kemudian keluar dan bermuara di Laut Mati yang kedalamannya kurang dari 395 m di bawah permukaan laut. Laut Mati sendiri luasnya 940 km2, airnya sangat asin bila dibandingkan dengan danau atau laut-laut yang ada di dunia ini. Hal ini mengakibatkan tak ada kehidupan di sana, itulah sebabnya disebut Laut Mati (Dead Sea).
Lembah Yordan dan Laut Mati merupakan wilayah yang paling rendah dari permukaan air laut dibandingkan dengan tempat-tempat lain di dunia. Kekhasan wilayah ini adalah panas yang tinggi sepanjang tahun. Penduduknya bertani kurma, pisang dan sayuran. Di wilayah ini terdapat kota tertua dalam sejarah Palestina, yakni Kota Jericho (Ariha), yang sudah berkembang pada tahun 8000 SM. Ke arah selatan dari Laut Mati membentang galur Yordan lebih dari 150 km, yang dinamakan dengan Lembah Arabah. Namun semakin ke arah selatan wilayah ini semakin bertambah tinggi kemudian kembali menurun sampai setinggi permukaan air laut di pantai Teluk Aqabah.


      Iklim yang berlaku di Palestina adalah iklim Laut Tengah secara umum, yakni panas kering di waktu musim panas dan hangat berhujan pada musim dingin (hujan). Curah hujan berkisar antara 600-800 mm pertahun di wilayah dataran tinggi El-Jalil, Nablus dan Khalil (Hebron). Di wilayah pinggiran pantai, semakin ke selatan curah hujan semakin turun, mulai dari wilayah Karmel yang bercurah hujan 800 mm pertahun sampai di Rafah yang bercurah hujan tinggal 150 mm pertahun. Sedangkan di wilayah Lembah Yordan, curah hujan mencapai 200 mm pertahun, di Nagev hanya mencapai 50 mm pertahun.
Sedang tingkat derajat panas secara umum beriklim sedang. Suhu terendah paling dingin terjadi di kota Al-Quds (Jerusalem) pada bulan Januari sekitar 8º dan pada bulan Agustus 25º - merupakan suhu panas tertinggi di Al-Quds. Di wilayah pantai suhu terendah tidak kurang dari 19º dan pada bulan Agustus suhu panas tidak lebih dari 26º. Namun pada situasi paling ekstrim pada musim dingin suhu terendah bisa mencapai 0º terutama di wilayah dataran tinggi pegnungan dan suhu tertinggi pada musim panas bisa mencapai 40º terutama di wilayah Lembah Yordan.



[Sumber: dakwatuna.com]

Tuesday, 20 May 2014

REKAYASA SEJARAH, MITOS KARTINI DAN THE OTHER WOMAN POWER

      Bulan April memang sudah berakhir namun tidak ada salahnya kita mencoba untuk mencari tahu tentang Hari Kartini pada tanggal 21 April yang sering diperingati oleh warga Indonesia utamanya kaum hawa. Sebagian dari kita mungkin sempat berfikir dan bertanya-tanya, 
 
Raden Ajeng Kartini
Kenapa setiap tanggal 21 April kita memperingati Hari Kartini dan kenapa harus Raden Ajeng Kartini, apakah tidak ada perempuan Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani selain R.A. Kartini?”

Pertanyaan kritis seperti ini juga telah sering diungkapkan para sejarawan yang mengetahui sejarah Indonesia, perkembangan pendidikan dan peran perempuan Indonesia di masa lalu. Misalnya sejarawan Persi Tiar Anwar Bahtiar dan Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar. Mereka mengkritik pengkultusan R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia dan mempertanyakan mengapa harus Kartini yang dijadikan sebagai simbol kemajuan wanita Indonesia.

      Harsja menunjuk dua sosok perempuan yang hebat dalam sejarah Indonesia. Pertama, Sultanah Seri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat dari Aceh. Kedua, Siti Aisyah We Tenriolle dari Sulawesi Selatan. Anehnya dua wanita itu tidak masuk dalam buku Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1978), terbitan resmi Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Padahal dua wanita itu sangat luar biasa. Sedangkan Kartini masuk dalam buku tersebut. 
 
      Sultanah Safiatudin dikenal sebagai sosok yang sangat pintar dan aktif mengembangkan ilmu pengetahuan. Selain bahasa Aceh dan Melayu, dia menguasai bahasa Arab, Persia, Spanyol dan Urdu. Di masa pemerintahannya, ilmu dan kesusastraan berkembang pesat. Ketika itulah lahir karya-karya besar dari Nuruddin ar-Raniry, Hamzah Fansuri, dan Abdur Rauf. Beliau juga berhasil menampik usaha-usaha Belanda untuk menempatkan diri di daerah Aceh. VOC pun tidak berhasil memonopoli perdagangan timah dan komoditi lainnya. Sultanah memerintah Aceh cukup lama, yaitu antara tahun 1644 sampai dengan tahun 1675. Ia dikenal sangat memajukan pendidikan, baik untuk laki-laki maupun perempuan. 
Siti Aisyah We Tenriolle
 
      Tokoh perempuan kedua adalah Siti Aisyah We Tenriolle. Perempuan ini bukan hanya dikenal ahli dalam pemerintahan, tetapi juga mahir dalam kesusastraan. B.F. Matthes, orang Belanda yang ahli sejarah Sulawesi Selatan, mengaku mendapat manfaat besar dari sebuah epos La-Galigo, yang mencakup lebih dari 7.000 halaman folio. Ikhtisar epos besar itu dibuat sendiri oleh We Tenriolle. Pada tahun 1908, perempuan ini mendirikan sekolah pertama di Tanette, tempat pendidikan modern pertama yang dibuka baik untuk anak-anak laki-laki maupun perempuan.

     Penelusuran Prof. Harsja W. Bachtiar terhadap penokohan Kartini akhirnya menemukan titik terang. R.A. Kartini memang dipilih oleh orang Belanda untuk ditampilkan ke depan sebagai pendekar kemajuan perempuan pribumi di Indonesia. Mula-mula Kartini bergaul dengan Asisten-Residen Ovink suami istri. Adalah Cristiaan Snouck Hurgronje, penasehat pemerintah Hindia Belanda, yang mendorong J.H. Abendanon, Direktur Departemen Pendidikan, Agama dan Kerajinan, agar memberikan perhatian pada Kartini tiga bersaudara.
Harsja menulis tentang kisah ini, “Abendanon mengunjungi mereka dan kemudian menjadi semacam sponsor bagi Kartini. Kartini berkenalan dengan Hilda de BooyBoissevain, istri ajudan Gubernur Jendral, pada suatu resepsi di Istana Bogor, suatu pertemuan yang sangat mengesankan kedua belah pihak.”
Ringkasnya, Kartini kemudian berkenalan dengan Estella Zeehandelaar (Stella), seorang aktivis gerakan Sociaal Democratische Arbeiderspartij (SDAP). Perempuan Belanda ini kemudian mengenalkan Kartini pada berbagai ide modern, terutama mengenai perjuangan wanita dan sosialisme.

Tokoh sosialisme H.H. van Kol dan penganjur “Haluan Etika” C.Th. van Deventer adalah orang-orang yang menampilkan Kartini sebagai pendekar perempuan Indonesia.

Pada tahun 1911, lebih dari enam tahun setelah Kartini wafat (umur 25 tahun), Abendanon menerbitkan kumpulan surat-surat Kartini dengan judul Door Duisternis tot Lich. Kemudian terbit juga edisi bahasa Inggrisnya dengan judul Letters of a Javaness Princess. Beberapa tahun kemudian, terbit terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran (1922).

     Dua tahun setelah penerbitan buku Kartini, Hilda de Booy-Boissevain memprakarsai pengumpulan dana yang memungkinkan pembiayaan sejumlah sekolah di Jawa Tengah. Tanggal 27 Juni 1913, didirikan Komite Kartini Fonds, yang diketuai C.Th. van Deventer. Usaha pengumpulan dana ini lebih memperkenalkan nama Kartini, serta ide-idenya pada orang-orang di Belanda.

Harsja Bachtriar kemudian mencatat,
Orang-orang Indonesia di luar lingkungan terbatas Kartini sendiri, dalam masa kehidupan Kartini hampir tidak mengenal Kartini dan mungkin tidak akan mengenal Kartini bilamana orang-orang Belanda ini tidak menampilkan Kartini ke depan dalam tulisan-tulisan, percakapan-percakapan maupun tindakan-tindakan mereka.”
Karenanya guru besar UI tersebut menyimpulkan bahwa kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi perempuan di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya lebih lanjut.

Harsja mengimbau agar informasi tentang perempuan Indonesia yang hebat-hebat dibuka seluas-luasnya, sehingga menjadi pengetahuan dan teladan bagi banyak orang. Ia secara halus berusaha meruntuhkan mitos Kartini. Beliau menegaskan, “Dan bilamana ternyata bahwa dalam berbagai hal wanita-wanita ini lebih mulia, lebih berjasa daripada R.A. Kartini, kita harus berbangga bahwa wanita-wanita kita lebih hebat daripada dikira sebelumnya, tanpa memperkecil penghargaan kita pada R.A. Kartini.”

      Dalam artikelnya di Jurnal Islamia (INSISTS-Republika, 9/4/2009), Tiar Anwar Bahtiar juga menyebut sejumlah sosok wanita yang sangat layak dimunculkan, seperti Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang (kemudian pindah ke Medan). Dua wanita ini pikiran-pikirannya memang tidak sengaja dipublikasikan. Tapi yang mereka lakukan lebih dari yang dilakukan Kartini. Berikut ini paparan tentang dua sosok wanita itu, sebagaimana dikutip dari artikel Tiar Bahtiar.

Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita. Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi jurnalis sejak di Koto Gadang sampai saat ia mengungsi ke Medan. Ia tercatat sebagai jurnalis wanita pertama di negeri ini.
Rohana Kudus

      Kalau Kartini hanya menyampaikan ide-idenya dalam surat, mereka sudah lebih jauh melangkah, yaitu mewujudkan ide-ide dalam tindakan nyata. Jika Kartini dikenalkan oleh Abendanon yang berinisiatif menerbitkan surat-suratnya, Rohana menyebarkan idenya secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu (Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (Padang), dan Cahaya Sumatera (Medan). Meskipun aktif berkiprah di tengah masyarakat, Rohana Kudus juga memiliki visi keislaman yang tegas.

Cut Nyak Dien
Ada pula Cut Nyak Dien yang tidak pernah mau tunduk kepada Belanda. Beliau tidak pernah menyerah dan berhenti menentang penjajahan Belanda atas negeri ini. Tengku Fakinah, selain ikut berperang juga adalah seorang ulama-wanita. Di Aceh, kisah wanita ikut berperang atau menjadi pemimpin pasukan perang bukan sesuatu yang aneh.

Jika melirik kisah-kisah Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pecut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Cutpo Fatimah dari Aceh, klaim-klaim keterbelakangan kaum wanita di negeri pada masa Kartini hidup ini harus segera digugurkan. Mereka adalah wanita-wanita hebat yang turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Aceh dari serangan Belanda. Bahkan jauh-jauh hari sebelum era Cut Nyak Dien dan sebelum Belanda datang ke Indonesia, Kerajaan Aceh sudah memiliki Panglima Angkatan Laut wanita pertama, yakni Cut Malahayati.
Laksamana Cut Malahayati

      Dengan mengetahui informasi-informasi di atas tentu kita menjadi bartanya-tanya. Mengapa Kartini? Mengapa bukan Rohana Kudus? Mengapa bukan Cut Nyak Dien? Mengapa Abendanon memilih Kartini? Dan mengapa kemudian bangsa Indonesia juga mengikuti kebijakan itu?

Seperti diungkapkan oleh Prof. Harsja W. Bachtiar dan Tiar Anwar Bahtiar, penokohan R.A. Kartini tidak terlepas dari peran Belanda. Harsja W. Bachtiar bahkan menyinggung nama Christian Snouck Hurgronje dalam rangkaian penokohan Kartini oleh Abendanon. Padahal, Snouck adalah seorang orientalis Belanda yang memiliki kebijakan sistematis untuk meminggirkan Islam dari bumi Nusantara. Pakar sejarah Melayu, Prof. Naquib al-Attas sudah lama mengingatkan adanya upaya yang sistematis dari orientalis Belanda untuk memperkecil peran Islam dalam sejarah Kepulauan Nusantara.

     Dalam bukunya, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu (Bandung: Mizan, 1990, cet. Ke-4), Prof. Naquib al-Attas menulis tentang masalah ini.
Kecenderungan ke arah memperkecil peranan Islam dalam sejarah Kepulauan ini, sudah nyata pula, misalnya dalam tulisan-tulisan Snouck Hurgronje pada akhir abad yang lalu. Kemudian hampir semua sarjana-sarjana yang menulis selepas Hurgronje telah terpengaruh kesan pemikirannya yang meluas dan mendalam di kalangan mereka, sehingga tidak mengherankan sekiranya pengaruh itu masih berlaku sampai dewasa ini.”

       Apa hubungan Kartini dengan Snouck Hurgronje?
Dalam sejumlah suratnya kepada Ny. Abendanon, Kartini memang beberapa kali menyebut nama Snouck. Tampaknya, Kartini memandang orientalis-kolonialis Balanda itu sebagai orang hebat yang sangat pakar dalam soal Islam. Dalam suratnya kepada Ny. Abendanon tertanggal 18 Februari 1902, Kartini menulis,
Salam, Bidadariku yang manis dan baik! Masih ada lagi suatu permintaan penting yang hendak saya ajukan kepada Nyonya. Apabila Nyonya bertemu dengan teman Nyonya Dr. Snouck Hurgronje, sudikah Nyonya bertanya kepada beliau tentang hal berikut, ‘Apakah dalam agama Islam juga ada hukum akil balig seperti yang terdapat dalam undang-undang bangsa Barat?’ Ataukah sebaiknya saya memberanikan diri langsung bertanya kepada beliau? Saya ingin sekali mengetahui sesuatu tentang hak dan kewajiban perempuan Islam serta anak perempuannya.”

     Melalui bukunya, Snouck Hurgronje en Islam, P.SJ. Van Koningsveld memaparkan sosok dan kiprah Snouck Hurgronje dalam upaya membantu penjajah Belanda untuk menaklukkan Islam. Mengikuti jejak orientalis Yahudi, Ignaz Goldziher, yang menjadi murid para Syaikh Al-Azhar Kairo, Snouck sampai merasa perlu untuk menyatakan diri sebagai seorang muslim pada tahun 1885 dan berganti nama menjadi Abdul Ghaffar. Dengan itu dia bisa diterima menjadi murid para ulama Mekkah. Posisi dan pengalaman ini nantinya memudahkan langkah Snouck dalam menembus daerah-daerah Muslim di berbagai wilayah di Indonesia.
Menurut Van Koningsveld, pemerintah kolonial mengerti benar sepak terjang Snouck dalam penyamarannya sebagai Muslim. Snouck dianggap oleh banyak kaum Muslim di Nusantara ini sebagai ulama. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai Mufti Hindia Belanda. Juga ada yang memanggilnya Syaikhul Islam Jawa. Padahal Snouck sendiri menulis tentang Islam, ”Sesungguhnya agama ini meskipun cocok untuk membiasakan ketertiban kepada orang-orang biadab, tetapi tidak dapat berdamai dengan peradaban modern, kecuali dengan suatu perubahan radikal, namun tidak sesuatu pun memberi kita hak untuk mengharapkannya.”

      Christian Snouck Hurgronje lahir pada tahun 1857 adalah adviseur pada Kantor voor Inlandsche zaken pada periode 1899-1906. Kantor inilah yang bertugas memberikan nasehat kepada pemerintah kolonial dalam masalah pribumi. Dalam bukunya, Politik Islam Hindia Belanda (Jakarta: LP3ES, 1985), Dr. Aqib Suminto mengupas panjang lebar pemikiran dan nasehat-nasehat Snouck Hurgronje kepada pemerintah kolonial Belanda. Salah satu strateginya, adalah melakukan ‘pembaratan’ kaum elite pribumi melalui dunia pendidikan, sehingga mereka jauh dari Islam. Menurut Snouck, lapisan pribumi yang berkebudayaan lebih tinggi relatif jauh dari pengaruh Islam. Sedangkan pengaruh Barat yang mereka miliki akan mempermudah mempertemukannya dengan pemerintahan Eropa. Snouck optimis, rakyat banyak akan mengikuti jejak pemimpin tradisional mereka. Menurutnya, Islam Indonesia akan mengalami kekalahan akhir melalui asosiasi pemeluk agama ini ke dalam kebudayaan Belanda. Dalam perlombaan bersaing melawan Islam bisa dipastikan bahwa asosiasi kebudayaan yang ditopang oleh pendidikan Barat akan keluar sebagai pemenangnya. Apalagi, jika didukung oleh kristenisasi dan pemanfaatan adat.

Aqib Suminto mengupas beberapa strategi Snouck Hurgronje dalam menaklukkan Islam di Indonesia, “Terhadap daerah yang Islamnya kuat semacam Aceh misalnya, Snouck Hurgronje tidak merestui dilancarkan Kristenisasi. Untuk menghadapi Islam ia cenderung memilih jalan halus, yaitu dengan menyalurkan semangat mereka kearah yang menjauhi agamanya (Islam) melalui asosiasi kebudayaan.”

      Itulah strategi dan taktik penjajah untuk menaklukkan Islam. Pada masa sekarang pun kita dapat melihat strategi dan taktik tersebut masih banyak digunakan. Bahkan mungkin semakin canggih.
 
     Saya memposting ini bukan bermaksud untuk tidak menghargai perjuangan R.A. Kartini namun semata-mata untuk membuka mata kita bersama agar lebih terbuka terhadap sejarah, kebenaran dan perjuangan para pejuang lain yang patut kita apresiasi juga. Agar kita lebih paham sejarah dan kebenaran serta mengetahui bahwa pejuang-pejuang perempuan Indonesia sangat banyak jumlahnya.
Mengenai sosok R.A. Kartini, saya akan membahasnya di postingan berikutnya, Insya ALLAAH. Silahkan disimak dan mohon dikoreksi jika ada kekeliruan. Saya juga berharap pembaca mau menambhakan jika ada yang kurang. Terima kasih.


Mereka berusaha hendak memadamkan nur (cahaya) ALLAAH dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi ALLAAH (justru) menyempurnakan nur-hidayah NYA (agama Islam) walau orang-orang kafir membencinya".
(QS. As-Shaff: 8)

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya”.
(QS. Al-Israa’: 36)

Sesungguhnya ALLAAH tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra'd: 19)

Orang-orang yang mengikuti sesuatu tanpa pengetahuan yang cukup adalah sama dengan orang-orang jahiliyah.”
(Sayyid Quthb)


[Referensi:
Adian Husaini-Catatan Akhir Pekan (CAP),
Harsja W. Bahtiar-Kartini dan Peranan Wanita dalam Masyarakat Kita,
Tiar Anwar Bahtiar-INSISTS-Republika,
Prof. Naquib al-Attas-Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu,
Kartini-Surat-surat kepada Ny. R.M. Abendanon-Mandri dan Suaminya,
P.SJ. Van Koningsveld-Snouck Hurgronje en Islam,
Dr. Aqib Suminto-Politik Islam Hindia Belanda]