| Home | Book-Literature | Inspiring-Religion | Economy-Business | Social-Cultural-Languange | Politics-Conspiracy | Health-Sport | Music-Movie | Femininity-Parenting |

Saturday 16 August 2014

BARACK HUSEIN OBAMA, ZIONISME & MIDDLE EAST


     Sejak Barack Husein Obama terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-44, dunia ingin merasakan angin perubahan. Dunia berharap banyak pada Obama, setidaknya dia bisa merealisasikan janji-janjinya saat kampanye yaitu change (perubahan). Obama diharapkan mampu merubah citra AS di mata dunia. Sayangnya harapan itu hanya harapan kosong. AS bukanlah negara demokratis sebagaimana mereka dengungkan. Pemilu di AS hanyalah dagelan politik murahan buatan Zionis Yahudi. Siapapun yang akan menjadi presiden di AS harus mendapat restu Zionis Yahudi, begitupun dengan Barack Obama. Sehingga mengharap pada Obama sama dengan mengharap pada yahudi. Hampir seluruh sepak terjang presiden AS merupakan refleksi kepentingan Zionis Yahudi, presiden hanyalah "wayang" yang dikendalikan oleh Zionis Yahudi.

   Di AS, Zionis Yahudi menanamkan hegemoninya begitu dalam. Seluruh kegiatan politik AS, baik di dalam maupun di luar akan dipantau secara langsung oleh lembaga lobi yahudi yaitu American Israel Public Affairs Committee (AIPAC). Lembaga resmi ini didirikan tahun 1950-an. Kelompok lobi ini dibangun oleh komunitas Yahudi Amerika untuk menjaga kepentingan Negara Yahudi Israel. AIPAC memiliki lima atau enam pelobi resmi di Kongres dengan staf berjumlah 150 orang, dengan dukungan budget tahunan sebesar 15 juta dollar AS. Dana yang antara lain mereka kumpulkan dengan cara memeras diaspora Yahudi yang tinggal di AS. Mereka mengeksploitasi perasaan bersalah para diaspora yang dianggap hidup enak di negeri orang, sementara saudaranya yang tinggal di Israel setiap hari harus berhadapan dengan Intifada atau bom bunuh diri dari kelompok pejuang Palestina.
Selain AIPAC ada juga Conference of Presidents of Major Jewish Organizations (CPMJO). Menurut riset National Journal pada Maret 2005 dan Forbes pada 1997, dalam hal melobi Washington, AIPAC hanya kalah oleh Asosiasi Pensiunan AS. Mereka didukung tokoh-tokoh terkemuka Kristen Evangelis seperti Gary Bauer, Jerry Falwell, Ralph Reed, Pat Robertson yang bernaung di bawah bendera The American Alliance of Jews and Christians (AAJC). Kelompok ini muncul pada Juli 2002 dipimpin Bauer dan Rabi Daniel Lapin. Bahkan dua bulan setelah AAJC berdiri, Dick Armey seorang Kristen Zionis yang merupakan mantan orang kuat di parlemen secara terbuka mengungkapkan, "Prioritas utama saya dalam kebijakan luar negeri adalah melindungi Israel."
 
George Sunderland, nama pena anggota Kongres AS, dalam situsnya www.counterpunch.org menulis lobi Israel di Kongres terus menguat dari tahun ke tahun, pemain utamanya AIPAC. "Bukan cuma karena uang yang mereka berikan (kepada para politikus), mereka juga bisa menghukum secara politis," tulisnya.
Gagalnya senator dari Illinois, Charles Percy, kembali ke Capitol Hill pada 1984 diduga karena lobi AIPAC. Mereka marah gara-gara Percy mendukung penjualan pesawat pengintai Awacs kepada Arab Saudi dan mengkritik Israel. Tom Dine selaku Direktur Eksekutif AIPAC mengisyaratkannya dalam sambutan di Toronto pada tahun yang sama. "Semua orang Yahudi bersatu untuk menyingkirkan Percy, ini pesan bagi para politisi Amerika," katanya.

   Di pemerintahan, lobi Yahudi Zionis menancapkan kukunya dengan membantu biaya kampanye kandidat baik dari Partai Republik maupun Partai Demokrat. Pada tahun 2000 Jerusalem Post melaporkan bahwa Yahudi menyumbang 50% dana kampanye Bill Clinton pada 1996. Pada tahun 2003 Washington Post menghitung ada 60% dari dana kampanye para calon presiden Demokrat berasal dari pengusaha Yahudi. Jimmy Carter pun pernah dibuat keder oleh kelompok lobi. Carter sebenarnya ingin mengangkat George Ball yang kritis terhadap Israel sebagai Menteri Luar Negeri, tapi takut akan lobi Israel dia akhirnya hanya menjadikan Ball wakil Menlu.

  Michael Massing di The New York Review of Book Edisi 8 Juni 2006 menulis bahwa kebijakan AIPAC sangat bergantung pada para direkturnya yang dipilih berdasarkan kekayaan. Yang paling berpengaruh adalah Robert Asher, Edward Levy, Mayer Mitchell, dan Larry Weinberg yang dikenal dengan nama "Gang of Four". Menurut editor di Columbia Journalism Review, keempat pengusaha kaya-raya tersebut tak peduli terhadap mayoritas Yahudi di AS yang cinta damai.

  Selain memenangkan dukungan AS atas konflik Palestina, prestasi terbesar lobi Israel adalah memaksa AS menginvasi Irak. Perang tersebut didorong oleh niat menciptakan situasi lebih aman bagi Israel di Timur Tengah. Demikian fakta yang dipaparkan Philip Zelikow, mantan anggota badan penasihat presiden AS untuk urusan luar negeri. Menurut Zelikow, Irak sebenarnya tak mengancam AS, namun Israel. Bukti lain, tajuk mantan perdana menteri Ehud Barak dan Benjamin Netanyahu di Wall Street Journal yang mendesak pemerintah George W. Bush menindak Irak.

    Kuatnya lobi Israel di AS telah berhasil memaksa AS memberikan bantuan sebesar 3 Milliar Dolar Amerika pertahun kepada Israel, bantuan ini merupakan seperlima bantuan luar negeri AS. "Buku hijau" Badan AS untuk Pembangunan Internasional (USAID) mencatat hingga tahun 2003 total pinjaman dan hibah yang diterima Israel lebih dari US$ 140 miliar atau setara dengan Rp 1.260 triliun – dua kali lipat anggaran Indonesia pada tahun 2006.
Selain soal dana, dukungan AS juga diaplikasikan pada PBB. Tercatat sejak tahun 1972 sampai dengan tahun 2006 sudah ada 66 resolusi PBB yang berhubungan dengan eksistensi Israel di Palestina diveto AS. Ini belum termasuk resolusi setelah tahun tersebut plus resolusi terakhir saat Israel melancarkan agresinya di Gaza, Palestina.
Para pelobi juga menguasai media. "Komentator Timur Tengah (di AS) didominasi oleh orang-orang yang tak mampu mengkritik Israel," kata Eric Alterman, Profesor Inggris di Brooklyn College yang juga komentator media di MSNBC.com (Maret 2002). Dia mensurvei 66 komentator dan hasilnya hanya lima yang berani mengambil posisi proArab!

   Obama sendiri saat kampanye didukung penuh oleh Yahudi. Situs surat kabar Israel Haaretz pernah memuat laporan tentang tokoh-tokoh Yahudi AS yang memainkan peran penting dalam proses pemilu dan kampanye presiden di AS dibawah judul "36 Jews Who Have Shaped the 2008 U.S. Election".
Dari 36 nama tersebut terdapat nama-nama penggalang dana kampanye bagi Obama, diantaranya:
  1. Sheldon Adelson, seorang Republikan, neokonservatif dan seorang 'mega-donor'
  2. Sherry Lansing, seorang penggalang dana dan donatur utama Partai Demokrat, perempuan pertama yang memimpin Paramount Picture, salah satu studio film terkenal di Hollywood
  3. Eli Pariser, pemimpin situs MoveOn.org, situs advokasi online beraliran liberal yang menggalang dana untuk kandidat presiden dari Partai Demokrat
  4. Penny Pritzker, ketua nasional bidang keuangan kampanye Obama, seorang milyader berasal dari keluarga Yahudi yang dikenal kerap menjadi donatur besar
  5. Denise Rich, mantan istri milyader March Rich, seorang penggalang dana terbesar bagi Partai Demokrat
  6. Barbra Streisand, penyanyi terkenal yang menjadi ikon Yahudi-liberal dan penggalang dana bagi Yahudi, mendukung Obama dan berhasil menggalang dana sebesar 25.800 dollar dari kalangan selebritis Hollywood.
Data tersebut telah menjawab semua pertanyaan mengenai besarnya dana kampanye Obama saat itu. Dunia tahu bagaimana kampanye Obama yang menghabiskan jutaan dolar. Semua dana tersebut bukan berasal dari Partai Demokrat atau kantung pribadi Obama, melainkan sebagian dana adalah suntikan dari para donatur Yahudi. Sebagai imbalannya, Obama harus mendukung penuh seluruh kepentingan Yahudi baik di AS, Palestina dan dunia internasional.

   Mengingat begitu kuatnya lobi Yahudi Zionis di AS dan siapapun yang ingin menjadi presiden harus dapat restu Yahudi maka tak heran jika Obama harus meminta restu Yahudi dengan bersembahyang di Tembok Ratapan. Pada masa kampanyenya Obama banyak mengunjungi komunitas Yahudi dan Sinagog. Bahkan jauh-jauh hari sebelum ia mencalonkan diri menjadi presiden pada tahun 2006, Obama pernah berkunjung ke Israel dan menengok keluarga Israel yang rumahnya hancur akibat serangan roket Katyusha. Sebulan kemudian ketika pecah perang antara Hizbullaah dengan Israel, Obama dengan tegas mengatakan bahwa Israel berhak membela diri. Hal inilah yang membuat Obama dilirik yahudi ketimbang John McCain (rivalnya).
Kunjungan Obama saat kampanye ke Israel juga dilakukan ke permukiman Sidrot dekat Jalur Gaza yang menjadi sasaran kelompok perjuang perlawanan Palestina sebagai respon atas kejahatan Israel. Obama mengkritik “aksi terorisme” terhadap Israel, menunjuk perlawanan Palestina dan persenjataan Hizbullaah Libanon dan sistem pemerintahan Iran.

    Faktor lain yang membuat publik Yahudi menggantungkan harapannya pada Obama adalah sikap Obama terhadap kelompok pejuang Hamas di Palestina. Obama menolak Israel melakukan perundingan langsung dengan Hamas. Obama menyatakan akan bersikap tegas terhadap Hamas sampai Hamas mau mengakui eksistensi Israel. Obama juga menyalahkan para pemimpin Palestina yang dianggapnya sebagai penyebab penderitaan rakyat Palestina.

    Sebelum Pemilu di AS, Obama tidak mau bertemu dengan Asosiasi Muslim Amerika. Selain suara muslim tidak begitu signifikan, beliau tentu takut dengan tekanan Yahudi. Bagi Obama sendiri  kalau dia punya kedekatan negara Islam, justru itu akan menjadi kredit negatif. Itulah sebabnya dia matian-matian meyakinkan publik AS kalau Husein dalam namanya tidak ada hubungan apapun dengan Islam. Padahal sebenarnya nama tersebut memang berasal dari bahasa arab. Ayah kandung Obama adalah seorang muslim. Maka tidak aneh jika ada nama Husein dan Barack di nama lengkap Obama. Sayangnya ibu Obama adalah seorang Atheis dan kedua orang tua Obama harus berpisah. Seperti kita tahu ibu Obama menikah lagi dengan orang Indonesia dan kemudian mereka sempat tinggal di Jakarta, Obama bahkan sempat bersekolah di SD Menteng.

    Hal yang tak kalah menariknya adalah komposisi orang-orang di belakang Obama. Secara mengejutkan, pasca kemenangannya Obama memilih Rahm Emanuel, seorang mantan tentara Israel pada masa Perang Teluk sebagai Kepala Staff Gedung Putih. Emanuel dikenal sebagai seorang Yahudi garis keras sehingga dijuluki "Rahmbo" oleh lawan-lawan politiknya. Emanuel pula yang menemani Obama saat memberikan pidato pro-Israelnya di hadapan AIPAC sekaligus mengatur pertemuan antara Obama dan jajaran eksekutif AIPAC.
Selain Rahm Emanuel, Obama menunjuk Hillary Clinton – rivalnya saat konvensi - sebagai Menteri Luar Negeri. Seperti kita tahu Hillary adalah mantan ibu negara yang mendukung Israel. Para diplomat tahu bahwa sikap Clinton terhadap Suriah lebih keras dibandingkan Obama dalam kampanyenya. Bahkan ia pernah mengajukan saran pada pemerintah AS untuk memveto resolusi PBB yang dirasa merugikan Israel di Palestina. Tak heran jika Israellah yang paling berbahagia dengan terpilihnya Hillary Clinton sebagai Menlu kabinet Obama. PM interim Israel Ehud Olmert langsung mengucapkan selamat pada Clinton dan mengatakan bahwa Clinton adalah sahabat Israel dan orang-orang Yahudi.
Tak hanya Hillary, Obama juga mengangkat Robert Gates untuk tetap pada posisinya sebagai Menteri Pertahanan AS. Warna pemerintahan George W. Bush yang beraroma Yahudi dengan tindakan terornya tetap jelas terlihat melalui Gates, walaupun mungkin pendekatannya tidak seekstrim Bush.

    Dalam urusan Timur Tengah, sikap pemerintahan Obama sudah jelas yaitu mendukung sepenuhnya Israel. Sebelum resmi menjabat sebagai Menlu, Hillary sudah menyampaikan pandangannya soal Israel. “Mengenai Israel, anda tidak dapat berunding dengan Hamas hingga kelompok itu melepaskan kekerasan, mengakui Israel dan setuju untuk mematuhi perjanjian pada masa lalu. Itu benar-benar bagi saya absolut," Clinton mengatakan pada dengar pendapat pengesahan jabatannya di Senat.
"Itulah sikap pemerintah AS, itulah sikap presiden terpilih," katanya setelah seorang senator memberi kesan bahwa naif dan tidak logis untuk berdiplomasi dengan pemerintah yang menentang Israel.

    Fakta di atas memberikan gambaran pada kita kemana arah pemerintahan Obama yang telah berjalan dua periode ini. Eksistensi Yahudi Zionis di AS dan Palestina akan semakin kuat sekuat dukungan AS.
Amerika akan tetap seperti amerika yang dulu. Secara membabi buta mendukung israel. Dan akan terus memberikan bantuan dana pada israel yang setiap tahunnya sebesar $3 miliar. Negara yang akan terus memveto resolusi PBB yang dianggap mengancam eksistensi israel di palestina.
Pada tahun 1789 Benjamin Franklin pernah mengingatkan bahaya yang akan ditimbulkan oleh Yahudi di kemudian hari jika mereka dibiarkan berada di Amerika. “Di sana ada bahaya besar yang mengancam Amerika. Bahaya itu adalah orang-orang Yahudi. Di bumi manapun orang Yahudi itu berdiam, mereka selalu menurunkan tingkat moral kejujuran dalam dunia komersial. Jika orang-orang yahudi tidak disingkirkan dari amerika dengan kekuatan undang-undang, maka dalam waktu 100 tahun mendatang mereka akan menguasai dan menghancurkan kita dengan mengganti bentuk pemerintah yang telah kita perjuangkan dengan darah, nyawa, harta, dan kemerdekaan pribadi kita”, paparnya.
Sekarang ramalan tersebut telah terbukti sehingga sulit bagi kita mengharapkan Obama menyelesaikan konflik di timur tengah khususnya Palestina secara bijak apalagi yang sifatnya menguntungkan Palestina. Memberikan solusi positif bagi palestina yang sifatnya menguntungkan palestina umumnya dan Pemerintahan Hamas khususnya berarti akan mengancam eksistensi Israel. Dan itu tidak akan pernah dibiarkan oleh lobi-lobi Israel di Washington. Obama harus membayar hutang pada para pendukungnya yang telah mengantarkannya menjadi orang nomor satu AS. Jika tidak, bersiaplah untuk menerima konsekuensinya. Hal seperti ini akan terus berlanjut pada presiden-presiden pasca Obama sampai lobi Yahudi Zionis benar-benar hilang dari AS sebagaimana harapan Benjamin Franklin. So, jangan heran jika di negara lain pun termasuk negara kita juga sudah dicengkeram oleh kekuatan konspirasi Yahudi Zionis.




[Tulisan ini dikutip dari tulisan Supriyadi, S.Si di eramuslim.com, dengan berbagai perubahan/ penyesuain oleh penulis]

ISRAEL MEMPERALAT AMERIKA SERIKAT


     Setengah abad lebih berlalu sejak Israel berdiri, dan tahukah Anda jika negara itu mendapatkan hasil pajak Amerika Serikat (AS) melebihi negara manapun di dunia ini, termasuk AS sendiri?
Selama resesi ekonomi dunia, ketika orang-orang AS sendiri menjadi pengangguran, rumah-rumah dijual, anggaran pendidikan dikurangi demikian besar dan bisnis macet dimana-mana, Kongres AS terus saja memberikan hasil pajak yang besar kepada Israel; dan sekarang jika dihitung, perharinya mencapai 7 juta US dollar!
Dengan segala kenyataan tersebut, inilah saatnya untuk sekali lagi mempertanyakan kebijakan AS. Untuk menelisik mengapa AS terus saja memberikan bantuan militer kepada sebuah negara dalam hal ini Israel, sangat perlu untuk melihat sejarah dan budaya si penerima bantuan itu.
Lantas, bagaimana sejarah Israel? Mendeskripsikan Israel terlalu dan selalu sulit. Kita harus memilih apakah akan terus hidup dalam sebuah paradigma atau menyebutkan kebenaran. Literatur manapun jelas mengatakan bahwa negara Israel berdiri di atas tanah dan negara lain yaitu Palestina; dan dipertahankan serta dikembangkan dengan cara yang paling biadab sepanjang sejarah yakni pembersihan etnis/ bangsa.
Pada tahun 1947-1949, sekitar seperempat juta umat Muslim dan Kristen yang merupakan 95% penduduk Palestina dipaksa untuk meninggalkan tanahnya.
Terhitung sampai tahun 2009 saja dengan agresi Gaza, sudah berlangsung 33 kali genosida dan penghangusan lebih dari 500 desa. Semua itu demi melenyapkan sejarah dan kebudayaan Palestina.

     Hal kedua yang perlu kita pelajari adalah bagaimana Israel menggunakan bantuan AS di masa lalu? Di semua peperangan yang melibatkan Israel, Israel selalu menjadi pihak pertama yang menyerang. Israel selalu membuat legitimasi (pembenaran) bahwa mereka sedang membela diri. Dalam kurun waktu dua kali penyerangan pertama Israel terhadap Lebanon dulu yang menewaskan 17.000 orang, dan terhadap Gaza dengan jumlah 1400, semuanya menggunakan senjata dari AS yang jelas-jelas dilarang oleh hukum AS sendiri.
Bahkan seorang dokter bedah AS dalam satu hari pernah membedah lebih dari 1000 lambung korban kekejian Israel. Pesawat yang membombardir Gaza adalaah F-16 dan Helikopter Apache AS. Pajak yang dibayar warga kepada pemerintah AS dibuat untuk melukai dan membunuh orang-orang tak berdosa di belahan bumi yang lain, bukan hanya pejuang Hamas atau laki-laki dewasa tetapi juga perempuan, anak-anak dan ibu hamil.

     Menurut Defence for Children International, Israel telah melakukan penghancuran terbesar sepanjang masa. Dari tahun 1967 sampai 2003 saja Israel telah meruntuhkan lebih dari 10.000 rumah, dan hingga kini masih berlangsung. Bukan hanya orang Palestina saja yang menjadi korban kebrutalan Israel. Racher Corrie, gadis berusia 23 tahun dilindas buldozer Caterpillar; sniper Israel menembak Tom Hurdell, 21 tahun, di kepalanya; dan Brian Avery, 26 tahun, di wajahnya. Mereka semua adalah warga AS yang mempunyai kepedulian terhadap masalah umat manusia. Selain mereka, masih banyak sukarelawan dari segala penjuru dunia, dari berbagai macam latar belakang, budaya dan agama yang ikut membantu di Palestina maupun dari perbatasan sekitar Palestina serta dari negara mereka masing-masing. Semoga mereka semakin kuat dan tidak pernah menyerah.

   Lebih mengenaskannya lagi, Israel menggunakan bantuan militer AS untuk membuat industri mereka menyaingi perusahaan-perusahaan AS.
Tahun 1963, Senator WIlliam Fulbright menemukan bahwa Israel menggunakan bantuan dari AS untuk membentuk kampanye media supaya bisa menyedot lebih banyak lagi bantuan.
Sepanjang tahun, Israel terus-terusan memata-matai AS, bahkan menurut US Government Accounting Office, aksi mata-mata Israel adalah yang paling agresif dibandingkan negara lainnya. Dunia sekarang sedang memandang kepada kita, kepada orang-orang Amerika yang patut dikasihani. Ketika media AS ramai-ramai melindungi Israel dari aksi kejinya, dunia sudah tahu bahwa kita adalah orang-orang yang ketakutan di negara sendiri. Ketika orang Amerika diberi tahu bagaimana Israel mengambil uang kita, dunia sudah sadar bahwa kitalah yang telah membiayai kekejaman Israel.
Kesimpulannya, bantuan AS terhadap Israel sudah membuat Timur Tengah tidak stabil, dunia ditimpa diskriminasi, agresi maut, dan yang paling miris, menenggelamkan semua perusahaan AS. Dengan terus memberikan bantuan kepada Israel, kita telah membiarkan supremasi Israel atas sebuah pembersihan etnik.
Sekarang saatnya kita menghentikan bantuan kita kepada Israel.


[Tulisan ini dikutip dari tulisan Allison Weir, Direktur Eksekutif If American Knew, dengan berbagai perubahan/ penyesuain oleh penulis]


KEDEKATAN AMERIKA SERIKAT DENGAN ISRAEL

     Saat penyerangan Israel ke Palestina, AS yang selama ini memposisikan diri sebagai polisi dunia diam tak berkutik. Kebiasaan turun tangan atas setiap permasalahan internasional untuk memajukan kesejahteraan umum, menjaga keamanan bangsa-bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia tak terlihat sama sekali saat agresi Israel di akhir tahun 2008 sampai dengan 2009 lalu maupun tahun ini. Tak peduli dengan ribuan nyawa melayang. Bom White Posporus masih terus bertabur di langit Gaza menggoreskan luka bakar kimia pada kulit, daging, tulang dan juga jiwa. Helikopter-64 Apache masih meraung-raung mencari korban. Helikopter Armament belum puas menembakkan Hydra 70 FFAR rockets, dan MQ-1 Predator, sebuah pesawat tempur udara tak berawak (UAV) juga masih aktif ronda di langit Palestina.
Pemerintah AS yang saat itu masih dikomandoi oleh Bush dan sekarang Obama mendukung serangan tersebut. Ia berharap Israel mampu menuntaskan Hamas. Dewan Senator AS pun turut mendukung atas penyerangan Israel. Lobi Yahudi di gedung putih atau The American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) sangat kuat mempengaruhi keputusan pemerintah AS. Loyalitas pemerintah AS terhadap Israel telah dibuktikan sejak 66 tahun yang silam. AS adalah negara pertama yang mengakui eksistensi negara Israel tahun 1948, sebelas menit setelah proklamasi berdirinya negara di atas negara itu diumumkan.

     AS juga masih aktif memberikan pasokan senjata untuk Israel. Belum lagi bantuan dana yang berjumlah milyaran dolar amerika pertahunnya. Tidak ketinggalan pula kebijakan-kebijakan luar negeri, ekonomi, politik, sosial, media informasi dan banyak hal lainnya yang lebih berpihak kepada kepentingan kaum Zionis Israel. Paling tidak ada dua kepentingan besar yang ingin dicapai kaum Yahudi setelah Kongres Zionisme Internasional tahun 1947 di Basel. Kecenderungan politik mereka bekerja ke dua arah, yang satu dilakukan secara diam-diam untuk membentuk dan menguasai negara-negara non Yahudi di seluruh dunia, sementara yang kedua adalah membentuk negara Yahudi di Palestina.

    Mengapa AS dan Israel bisa berkolaborasi dan sejauh mana peran Yahudi dalam campur tangan politik AS? Secara sederhana mungkin bisa kita katakan karena ada persamaan kepentingan diantara keduanya. Namun lebih jauh, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan terkait dengan sisi historis, akidah, ekonomi dan informasi yang menyebabkan AS begitu dekat dengan Israel. Berikut uraiannya.

SEJARAH
   Z. A. Maulani menyatakan bahwa awal hubungan orang Yahudi dan Amerika sudah dimulai sejak pendaratan Christopher Colombus (1451-1506) di "Dunia Baru" tanggal 12 Oktober 1492. Ekspedisi maritim ini membawa tiga kapal layar yaitu kapal Santa Maria sebagai kapal bendera, diikuti oleh dua kapal lainnya yaitu Nina dan Pinta. Colombus membawa beberapa orang Yahudi untuk ikut berlayar bersamanya. Colombus dan sahabat-sahabat Yahudinya mendapatkan hak-hak Istimewa dari pemerintah Spanyol atas jasa-jasa mereka. Sejak saat itu, arus migrasi orang Yahudi berlangsung dengan sangat deras ke Amerika Selatan terutama Brazil. Saat akhir Perang Dunia I jumlah imigran Yahudi di AS telah mencapai 4 juta jiwa. Jumlah ini terus bertambah. Warga AS saat ini banyak yang terdiri dari keturunan Yahudi. Mereka termasuk pemilik awal negeri subur makmur yang diberi nama sesuai nama ilmuan italia, Amerigo Vespucci, itu. Dan setiap kebijakan pemerintah tidak boleh berseberangan dengan kepentingan mereka.

AKIDAH
     Keyakinan Kristen Protestan adalah keyakinan yang banyak tersebar di AS saat ini. Aliran kepercayaan ini awalnya dibentuk sebagai reaksi protes terhadap beberapa aturan yang terdapat dalam aliran Kristen Katolik, juga sebagai usaha melahirkan agama baru untuk memuluskan beberapa kepentingan Yahudi. Marthin Luther adalah seorang pendeta Yahudi yang mempelopori lahirnya ajaran Protes pada abad ke-16, menulis sebuah buku di tahun 1523 dengan judul "That Jesus Was Born a Jew" (Al-Masih Terlahir Sebagai Yahudi) dan menyebarkan pemikiran yang semakin mengukuhkan keyakinan orang Yahudi akan eksistensi mereka.
Diantara pemikiran tersebut, seperti disebutkan oleh Dr. Raghib As-Sirjani dalam bukunya Bainattarikh Wal Waqi', ada dua pemikiran Luther yang paling penting dan menginspirasi orang-orang Yahudi saat ini, yaitu:
  1. Luther menyatakan bahwa kitab Perjanjian Baru telah mengalami penyimpangan. Oleh karena itu, menurutnya orang kristen wajib berpegang kepada ajaran Perjanjian Lama yang masih utuh dan tidak mengalami perubahan. Perjanjian Lama yang dimaksud adalah Taurat. Padahal baik Perjanjian Baru maupun Perjanjian Lama sama-sama mengalami banyak perubahan dan penyimpangan.
  2. Luther menyatakan bahwa agar Al-Masih bisa kembali ke dunia, maka harus disiapkan negeri untuk kaum Yahudi di Palestina. Tanpa adanya negeri itu, maka Al-Masih tidak akan turun. Oleh karena itu, siapa saja yang cinta kepada Al-Masih maka ia harus membantu perjuangan Yahudi merebut tanah Palestina. Keyakinan ini bahkan menjadi bagian dari akidah yang tidak boleh diganggu-gugat. Maka bagi warga dan pemerintah AS, perjuangan Israel mengambil paksa tanah Palestina adalah bagian dari bukti cinta mereka untuk merebut kembali The Promise Land (tanah yang dijanjikan).
Sementara Obama saat awal ia terpilih telah menyatakan bahwa ia adalah seorang Protestan dan akan mengamalkan seluruh ajaran agamanya.
Sebagai catatan, Obama terlahir dari seorang ibu Atheis dan ayah yang muslim. Ayah tirinya yang orang Indonesia juga seorang muslim. Dulu saat awal-awal kampanye banyak yang berharap akan perubahan kebijakan AS terhadap isu-isu politik dan hubungan dengan negara Islam maupun mayoritas muslim. Namun ternyata latar belakang ayahnya yang sebenarnya adalah termasuk keluarga yang pertama memeluk Islam di tempat tinggalnya tidak mempengaruhi Obama karena memang mereka tidak hidup bersama. Orang tuanya bercerai. Lalu ibunya menikah lagi dengan orang Indonesia yang juga muslim, bahkan Obama kecil bersekolah di Jakarta, Indonesia, negeri mayoritas muslim. Walaupun begitu pengalaman tersebut tidak membuatnya lantas membela muslim, karena pada kenyataannya hampir seluruh pemimpin/ presiden AS selalu mempunyai kebijakan yang merugikan atau memerangi Islam. Kalaupun tidak maka siap-siap saja orang nomor satu di AS itu disingkirkan.

EKONOMI
     Hingga kini pengatur utama dan penguasa institusi perbankan AS adalah The US Federal Reserve (The Fed). Kedudukan tunggalnya yang terpenting adalah menetapkan kebijakan moneter. Saham utama badan usaha ini dimiliki oleh para bankir Yahudi. Melalui wewenang yang mereka miliki, mereka dengan mudah mengontrol kebijakan-kebijakan moneter di AS. Bahkan IMF maupun World Bank telah menjadi instrumen kekuasaan yang digunakan oleh Zionis untuk menghancurkan negara-negara yang berdaulat agar tidak menjadi lebih baik. Millioner Yahudi di AS, Mayer Amschel Rothschilds, pernah menyatakan, "Berikan saya kesempatan mencetak dan mengendalikan keuangan suatu bangsa dan dengan itu saya tidak peduli siapa yang membuat hukum di negeri itu".

MEDIA
   Menarik apa yang ditulis oleh Dr. Raghib As-Sirjani tentang peran pers Yahudi dalam kepemimpinan AS, bahwa sejak awal orang-orang Yahudi yang bermigrasi ke AS telah menyadari akan besarnya peran pers dan jurnalistik. Saat mereka tiba di AS pada migrasi ke tiga tahun 1880, mereka memilih untuk tidak terlalu mengambil posisi dalam persoalan perdagangan, mereka lebih mengedepankan pers yang kelak akan menjadi corong suara mereka kepada dunia. Setidaknya ada tiga surat kabar kelas dunia yang menentukan arah pemberitaan dan pengambilan keputusan oleh tokoh-tokoh dunia saat ini, koran yang lain sekedar menyalin dan meneruskannya ke seluruh dunia. Ketiga harian milik pemodal Yahudi itu adalah The New York Times, The Wall Street Journal dan The Washington Post. Demikian pula siaran berita CNN, NBC, CRS, RCA, ABC Television, dan banyak saluran TV lainnya. Tidak ketinggalan kantor berita terbesar dunia, Reuters.

    Zionisme Yahudi telah dengan kuat menancapkan kukunya di AS sehingga sulit bagi pemerintah yang ada di sana untuk keluar dari cengkraman ini. Obama dan hampir semua presiden AS naik atas dukungan Zionis. Obama mendapat dukungan dari media cetak dan elektronik yang dikuasai oleh yahudi, badan ekonomi AS dan dunia seperti Multinational Coorporation (MNC) atau Transnational Coorporation (TNC). Ia juga mendapat dukungan dari kampus dan mahasiswa, seperti The Jewish Council for Public Affairs dan dari tokoh-tokoh Yahudi seperti Bill Clinton, John Kerry, Colin Polwell dan Scott McClellan. Maka tak ada kata bagi Obama selain ikut tunduk pada peraturan Yahudi.
John F. Kennedy adalah satu dari sedikit yang berani bersuara lantang bersilang kata dengan kekuatan Yahudi yang ada. Dia adalah presiden Katolik pertama AS (naik tahun 1963) dan sempat bentrok kepentingan dengan Perdana Menteri Israel ketika itu, David Ben-Gurion. Kennedy memperlihatkan sikap yang oleh Israel dianggap tidak menyutujui program nuklir karena menanyakan soal reaktor Dimona milik Israel. Israel memutuskan untuk menghilangkan rintangan tersebut dan Mossad diduga terlibat dalam rencana pembunuhan terhadap presiden yang akrab disapa Jack tersebut. Inilah salah satu bukti bahwa presiden dan pejabat AS harus tunduk pada kepentingan Yahudi. Bukan hanya elite-elite politik dan pemerintahan yang harus ikut melancarkan namun juga para seniman, pebisnis dan pers.



[Tulisan ini dikutip dari tulisan Umarul Faruq Abubakar untuk Eramuslim.com, dengan berbagai perubahan/ penyesuain oleh penulis; sumber: Eramuslim.com, Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia, Islammemo.cc, An-Naba]


ZIONIS IS THE REAL TERORIST!


     Berbicara dengan seorang Yahudi mungkin akan membuat kita bingung. Dari dulu hingga kini, ketika Angkatan Udara Israel sedang melumatkan ratusan orang sipil di Jalur Gaza, mereka masih tetap saja bersikeras bahwa merekalah sebenarnya korban kekerasan yang sesungguhnya.
Siapapun yang mengenal betul bangsa Yahudi akan segera menyadari bahwa sebagian orang (warga) Yahudi tidak mengetahui asal-usul sejarah mengapa mereka berada di tanah yang kini mereka tempati itu. Mereka selalu mengatakan, “Orang-orang Palestina itu, mengapa mereka tinggal di tanah kita? Mengapa mereka tidak tinggal saja di Mesir, Syria (Suriah), Lebanon, atau negara Arab lainnya?” Yang lebih populer lagi adalah, “Ada apa dengan orang Palestina itu? Kita memberi mereka air, listrik, pendidikan dan yang mereka lakukan terhadap kita adalah membuang kita ke lautan.”

  Jika pembaca bertanya, mengapa orang Israel tidak mengetahui sejarah mereka? Jawabannya sederhana sekali karena mereka tidak pernah diberitahu hal yang sebenarnya. Di semua kota yang ada di Israel, bisa ditemukan patung memorial yang aneh berbentuk pipa, namanya Davidka. Davidka yang merupakan senjata kanon Israel pada tahun 1948. Walaupun senjata itu tidak begitu mematikan seperti kanon masa kini tapi Davidkalah yang pertama membuat warga Palestina tunggang langgang ketika diperdengarkan suaranya.

   Rakyat Israel benar-benar buta akan sejarah Palestina, bahkan mungkin sejarah bangsanya sendiri. Mereka menginterprestasikan bahwa perjuangan orang Palestina selama ini hanya sebuah reaksi dari kegilaan maut pemerintahan Israel, bukan karena dijajah. Mereka memahami bahwa rakyat Israel adalah korban tak berdosa dan orang Palestina tak lebih dari pembunuh brutal. Ini memberikan gambaran bahwa membiarkan bangsa Yahudi terus berpikir seperti ini akan menghilangkan tanah Palestina. Ketika mereka pertama kali mendengar bahwa bangsa Palestina berjuang merebut tanahnya yang dirampas Israel, mereka berkata, “Tanah apa? Bangsa Palestina membuat kami geli.”

   Selama ini kita melihat perjuangan Hamas yang sangat alot. Hamas sudah membuktikan bahwa mereka bisa menghadapi Israel dalam jangka waktu yang lama. Begitupun pejuang-pejuang lain Palestina. Mereka terus menyampaikan pesan ke segenap penjuru Palestina, “Tanah air tercinta kami, kami tak akan lupa, kami masih akan tetap terus di sini berjuang untuk merebut kembali engkau, sekarang ataupun nanti, cepat ataupun lambat. Kami akan memulai lagi di mana kami berhenti.” Dan itu adalah pesan lain kepada Israel untuk segera angkat kaki dari Sderot, Beer Sheva, Ashkelon, Ashdod, Tel Aviv dan Haifa.

  Semuanya belum berakhir di sini. Israel telah mencoba segalanya untuk mengenyahkan bangsa Palestina, mulai dari ujian kelaparan – dengan memblokade segala bantuan makanan juga obat-obatan dari luar – hingga pembantaian langsung. Namun sampai sekarang tak ada yang berhasil, bahkan semangat perjuangan rakyat Palestina terus bangkit. Setelah Palestina bangkit, semua rakyat Israel cemas, “Sekali lagi, kemanakah kami akan berpijak untuk  hidup?”

   Bagaimana bisa (sungguh tega) bangsa yang merasa tidak punya rumah/ tanah kemudian merebut tanah orang lain kemudian mengusir mereka sebisa mungkin dengan segala cara,termasuk membunuh. Perbuatan mereka telah membuat bangsa lain tersebut merasakan seperti apa yang mereka rasakan. Apakah pantas rakyat Palestina mendapat perlakuan seegois dan sekejam itu? Bahkan rakyat manapun tidak akan rela bangsanya diperlakukan seperti itu. Karenanya sudah selayaknyalah rakyat palestina berjuang mempertahankan rumah, tanah, hidup, nyawa, harga diri, keluarga/ keturunan, eksistensi, keyakinan dan kemerdekaan/ kebebasan mereka. Dan sangat layak pula kita sebagai penduduk bumi yang berakal sehat membela perjuangan rakyat Palestina semampu kita, baik dengan jihad nyawa, harta, fikiran serta doa.

SEJARAH PALESTINA & ISRAEL
   Palestina, sebuah negara yang tak akan pernah berhenti menjadi perhatian dunia. Palestina adalah daerah yang unik barangkali karena daerahnya yang hanya tiga, yaitu Tepi Barat, Jalur Gaza dan Yerussalem. Namun tahukah pembaca, sebelum Yahudi datang menjajah, Palestina memiliki daerah yang luas.

   Pada 30 Januari 1922 Kongres AS menyetujui dukungan terhadap pendirian Israel di Palestina yang disebut juga dengan Deklarasi Balfour-Amerika. Tujuh tahun kemudian orang-orang Palestina memprotes aksi kekerasan pemuda-pemuda Yahudi (Kebangkitan Dinding Ratapan). Tahun 1935 sampai dengan 1948 kelompok teroris Yahudi Zionis melakukan pembunuhan massal dengan tujuan mengusir orang-orang Palestina dari tanah air mereka agar dapat ditinggali oleh para imigran Yahudi dari berbagai dunia. Permasalahan ini kemudian diperhatikan oleh PBB hingga menghasilkan sebuah resolusi.
Kemudian pada 14 Mei 1948 orang-orang Zionis Israel berhasil mendeklarasikan berdirinya negara Yahudi di tanah Palestina, yang mereka sebut negara Israel. AS tentu saja menyatakan pengakuannya terhadap Israel. Negara-negara Arab menolak deklarasi tersebut dan esoknya membentuk pasukan sekutu Arab yang terdiri dari Suriah, Mesir, Yordania, Lebanon, dan Irak (ingat tidak ada Iran di sini). Pecahlah perang pertama Arab-Israel. Sayangnya perang ini justru memperluas wilayah Israel termasuk wilayah Yerussalem Barat. Mesir menguasai Jalur Gaza, Yordania menguasai Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Ribuan warga Palestina menjadi pengungsi di tanah mereka sendiri!

  Pada tahun 1949 PBB menerima Israel sebagai anggota dengan syarat Israel harus menerima Resolusi 18 dan Resolusi 194. Ini berarti Israel mengakui pendirian negara Palestina dan Israel harus mengizinkan para pengungsi Palestina kembali ke tanah air mereka. Seperti yang diketahui oleh dunia, resolusi ini tak pernah dipatuhi dan Israel tetap bisa menjadi anggota PBB hingga kini.
Tanggal 31 Januari 1980 Parlemen Israel menetapkan Yerussalem sebagai ibukota negara Israel. Padahal PBB sudah menetapkannya sebagai Corpus Separatum yaitu sebuah kota yang terpisah dan tidak boleh dikuasai oleh bangsa Arab ataupun Yahudi dan dikendalikan oleh rezim PBB. Pada 10 Juli 1980 secara resmi Israel mencaplok kota itu dan menyatakan seluruh Yerusalem sebagai ibukota Israel. Hingga sekarang apa reaksi PBB?!

   Israel semakin menjadi. Merasa mendapat perlindungan AS dan PBB, mereka menyerang Lebanon dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila. Pelanggaran terhadap batas-batas internasional ini tidak berhasil dibawa ke forum PBB karena adanya veto dari AS sebagai pendukung setia Israel. Selain itu Israel juga melakukan serangkaian pemboman atas instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya dan Tunisia. Pada tahun 1987 Palestina mulai melancarkan Intifadhah I.

    Pada akhir tahun 1976 angka Yahudi mencapai 46,2% dari keseluruhan penduduk Israel di Palestina jika dibandingkan antara generasi eksodus yang saat itu dengan saat sebelumnya. Pemuda Yahudi di bawah usia 20 jumlahnya mencapai 52,4%. Padahal eksodus Yahudi ke Palestina menurun sejak tahun 1970.
Ekonomi Israel adalah ekonomi kecil bentuknya jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Pada laporan 1979 penduduk Israel mencapai 3,8 juta jiwa. Pada akhir tahun 1980 penduduk bertambah menjadi 3,9 juta jiwa. Jumlah tersebut sebenarnya tidak cukup untuk membentuk sistem ekonomi untuk mewujudkan proyek-proyek ekonomi yang produktif, karenanya mereka pasti membutuhkan bantuan. Misalnya bantuan untuk proyek-proyek industri lebih dari 40% dari jumlah keseluruhan nilai produksi di bidang industri.
Ekonomi Israel adalah ekonomi teraneh di Timur Tengah, sebab hanya enam persen dari perdagangan ekspor Israel yang bekerja sama dengan negara-negaraTimur Tengah. Mereka mengandalkan impor dari Iran (Syiah). Dari sisi sumber daya alamnya, secara umum Israel termasuk negara yang miskin, terutama sumber SDM. Ini disebabkan oleh konsentrasi mereka pada bidang pertanian karena terkait dengan faktor ideologi.

   Di tahun 2000 para penduduk Israel lebih suka menetap di apartemen yang banyak didirikan di atas tanah rampasan dari Palestina. Orang Yahudi pada tahun itu sudah menguasai lebih dari 85% tanah Palestina. Bandingkan dengan pertama kalinya mereka menginjakan kaki di tanah Palestina yang hanya berjumlah sekitar tidak kurang dari lima persen saja!
Pada tahun 2000 saja jumlah penduduk Israel keseluruhan mencapai 7.337.000 jiwa. Ini artinya jumlah penduduk Israel meningkat 1,8% dari jumlah penduduk tahun sebelumnya. Dan sampai sekarang, 14 tahun sesudahnya berapa jumlah penduduk Zionis Israel? Sedangkan Palestina berapa? Lalu apa yang sudah dilakukan bangsa arab, PBB, pengadilan internasional, negara Islam dan mayoritas muslim, negara dan kelompok yang menggaung-gaungkan HAM serta cinta perdamaian?
Hingga kini, tak bisa dipungkiri telah terjadi perampokan terbesar dalam sejarah umat manusia, yaitu perampasan sebuah negeri, negeri Palestina. Negeri yang menjadi tempat terpenting, tersuci bagi tiga agama besar dunia, Islam, Kristen dan Yahudi. Dari jaman dulu hingga akhir jaman negeri ini akan terus diperebutkan.




[Sumber: eramuslim.com]