“Dapatkah bangsa Yahudi tinggal di Eropa?”
Mendengar pertanyaan ini, agak sulit untuk percaya, namun setelah 70 tahun
berlalu dalam ketenangan, apakah memang masih ada tempat untuk eksistensi
Yahudi di Eropa? Apakah tahun ini, bangsa Yahudi bisa tinggal di daratan ini,
dalam sebuah komunitas tersendiri? Jawabannya, tersimpan di balik beberapa
kejadian dan peristiwa yang terjadi berkaitan dengan bangsa Yahudi yang
berdiaspora. Jangankan dalam sebuah komunitas secara perorangan pun, tingkah
laku dan sifat mereka yang sejak dulu memang selalu tidak disukai.
Pada masa yang lampau seorang Yahudi tidak
bisa lagi berjalan tenang dengan menunjukan identitas keyahudiannya. Mereka tak
lagi leluasa mengunjungi institusi Yahudi yang tidak dijaga oleh keamanan dan
polisi, mereka sering merasa ketakutan dan akhirnya memilih untuk tidak keluar
rumahnya. Mereka akan terus begitu dan hanya bisa ceria lagi manakala bertemu
dengan kolega mereka, di sekolah, atau beberapa tempat lain. Di situlah mereka
akan bisa memperlihatkan identitas diri mereka.
Turki, Prancis, dan Inggris
seakan berubah menjadi neraka bagi orang Yahudi. Mereka harus menyembunyikan Bintang David dan pakaian unik mereka,
dan sinagog sama sekali bukan tempat perlindungan yang baik. Jika kita amati,
di Turki dan Itali, setiap toko yang dimiliki oleh orang Yahudi selalu saja
dijaga oleh polisi. Perlahan-lahan bangsa Yahudi dipaksa pada sebuah kenyataan bahwa
mereka adalah suatu kaum yang diasingkan. Pengamat Israel menyimpulkan,
Yahudi sekarang dalam keadaan ketakutan, malu dan patuh.
Kebencian Eropa terhadap bangsa Yahudi
sebenarnya mempunyai akar sejarah ratusan tahun. Sejak lama di berbagai negara
Eropa, bangsa Yahudi mengalami diskriminasi. Penolakan mereka untuk beralih
menjadi Kristen menyebabkan mereka dikucilkan dan tidak diterima sebagai
warganegara. Mereka dipandang sebagai bangsa ingkar yang sudah dibuang Tuhan dan
dicerca sebagai pembunuh Yesus. Penolakan mereka untuk memuliakan raja
menyebabkan patriotisme mereka
diragukan. Sedangkan di Eropa, hampir separuhnya menganut sistem monarki. Tidak
heran jika mereka dilarang memiliki tanah dan banyak pekerjaan tertutup bagi
mereka.
Pada abad pertengahan, orang Yahudi hanya
boleh tinggal di bagian-bagian khusus kota yang disebut ghetto, perkampungan yang dikelilingi tembok dan gerbangnya dikunci
pada malam hari. Penghuni ghetto dilarang keluar pada hari-hari tertentu,
misalnya pada hari wafatnya Yesus.
Kebencian yang tertanam tersebut
sewaktu-waktu meledak menjadi kerusuhan luas berupa penjarahan dan pembantaian.
Pada masa Perang Salib pertama tahun 1096, bangsa Yahudi mengalami pembantaian
besar-besaran di Lembah Rhein. Pada akhir abad ke-13 orang Yahudi diusir secara
besar-besaran dari Inggris,dan pada akhir abad ke-14 dari Prancis. Tahun 1492
pengusiran terbesar terjadi di Spanyol. Kepada orang Yahudi diberi dua pilihan,
beralih memeluk agama Kristen atau angkat kaki. Hampir 150 ribu orang
meninggalkan Spanyol, pindah ke negara-negara Islam di sekitar Laut Tengah.
Yang tinggal mengalami penindasan karena ternyata hanya berpura-pura memeluk
agama Kristen. Banyak diantara mereka yang dihukum bakar.
Keadaan pemeluk Yahudi membaik seiring
dengan revolusi dan kebangkitan kapitalisme di Eropa. Tahun 1743 pemeluk Yahudi
di Inggris diakui sebagai warga negara. Bahkan di masa Ratu Victoria, seorang Yahudi bernama Benjamin Disraeli menjadi perdana
menteri. Revolusi Perancis mengubah kehidupan orang Yahudi. Untuk pertama kalinya
setelah seribu tahun mereka diakui sebagai warga negara tempat mereka tinggal.
Lantas bagaimana dengan
keamanan di negeri-negeri Eropa ini?
Anti-Semitisme adalah fenomena Eropa, dengan
jutaan orang yang sekarang tersebar di daratannya dan memantik konflik dengan
Israel dan Yahudi. Krisis ekonomi global menjadi isu pendukung bahwa Yahudi
memang penyebab semuanya. Trend ini
berkembang pesat di seluruh dunia bahkan kondisi Israel persis seperti dulu – terpojok
dan terkucilkan.
Setelah Perang Dunia II, Yahudi selalu
menempel di negara-negara yang kaya. Tapi Yahudi sekarang mempunyai negara;
negara yang kaya dan sukses dengan standar Eropa. Pendapatan perkapita penduduk
Inggris saat ini adalah $39,000 dan Israel sudah mencapai $29,000! Israel
bahkan sekarang sudah menjadi 10 negara terkaya di dunia. Kini, ketika Anti-Semit
meluas, pemerintah Israel sudah menyerukan semua bangsa Yahudi di Eropa untuk
menetap di Israel (tanah rampasan hasil menjajah Palestina).
Pemerintah Israel menegaskan
pada warganya bahwa mereka memiliki tanah air, jadi mengapa harus menjadi warga
negara kelas dua di negeri lain? Mengapa menjadi takut akan identitas Yahudi?
Jika saja orang Yahudi mau tinggal di Palestina maka nasib 750.000 anak-anak
Yahudi yang tersebar di Eropa Barat akan mempunyai masa depan yang jelas.
Inilah tujuan obyektif dari Zionisme.
Bukankah ketika datang pertama kali ke tanah ini, Zionisme begitu menginginkan
rumah pelindung untuk bangsa Yahudi?
Ketika seluruh dunia mengancam
bangsa Yahudi maka menetap di Palestina sama sekali bukan masalah bagi bangsa
Yahudi, melainkan solusi.
Insya Allaah untuk postingan berikutnya
saya akan membahas tentang sepak terjang kelompok-kelompok yahudi sebelum
Israel berdiri di tanah Palestina.
[Sumber: Eramuslim.com]
RELATED POSTS:
No comments:
Post a Comment