| Home | Book-Literature | Inspiring-Religion | Economy-Business | Social-Cultural-Languange | Politics-Conspiracy | Health-Sport | Music-Movie | Femininity-Parenting |

Saturday 24 January 2015

BETAR, KELOMPOK LUAR ISRAEL



     Betar, kelompok Zionis yang sebagaian besar anggotanya pemuda. Meski tumbuh dan berkembang di luar Israel, kelompok ini telah dipersiapkan Zionis sebagai salah satu kelompok pertahanannya di Palestina.
Melihat sejarah yang ada tentang Betar, walau masuk ke dalam kelompok sekaliber Zionis yang terkandang dipandang kuat oleh lawan, seperti organisasi kebanyakan lainnya, Betar kerap mengalami pasang surut di internal kelompoknya.
Betar memiliki sejarah di Kanada dan berhasil memprovokasi muslim di sana. Betar sempat menyelenggarakan “Know Islamic Radical Week” pada Februari 2006 di Toronto. Meski membawa nama dan pembicara dari kalangan Islam, sejatinya mereka sedang memperolok-olok ajaran Islam. Mereka juga mengundang Salim Mansur, Profesor di Ontario untuk berbicara hak-hak gay di Middle East.

      Organisasi Betar atau organisasi radikal pemuda Zionis ini merupakan salah satu bagian dari kelompok revisionis Zionis yang dipimpin Vladimir Jabotinsky.

Organisasi Betar dibentuk pada tahun 1923 di Polandia dengan tujuan mempersiapkan para pemuda Yahudi Polandia untuk hidup di Palestina.

Mereka mendapatkan pembelajaran di bidang pertanian, militer dan bahasa Ibrani secara mendalam.
Tidak heran jika mereka memiliki misi untuk menyebarkan ideologi fasis bahwa hanya ada dua jalan bagi Zionisme yaitu perang atau mati.
Sejumlah pemuda dengan ciri khas pakaian coklat ala pengawal Hitler, melakukan aktivitas militer di bawah organisasi teroris Zionis ini. Kelompok pemuda ini lebih memprioritaskan kegiatan militer ketimbang kegiatan lainnya. Mereka menyebut seorang Zionis Fasis seperti Jabotinsky sebagai bapak intelektual dan spiritual mereka.

     Nama organisasi Betar sendiri diambil dari singkatan nama seorang perwira Yahudi tentara Tsar Rusia bernama Brit Yosef Trumpeldore. Dia terbunuh di tangan warga Palestina saat terjadi kerusuhan di salah satu kamp imigran Yahudi di kawasan Jalile Sofla.
Organisasi Betar menyelenggarakan konferensi pertamanya pada Januari tahun 1929 di Warsawa, Polandia. Dalam konferensi tersebut diputuskan bahwa struktur organisasi Betar adalah murni militer.
Kemudian pada Agustus 1929, terjadi pertikaian sengit antara personil bersenjata Betar dengan kaum Muslim di Tembok Ratapan. Pertikaian ini menyebabkan demonstrasi dan bentrok fisik yang cukup lama. Rangkaian peristiwa ini mengakibatkan sejumlah besar kaum Muslim dan orang-orang Zionis tewas dan terluka.

POLITIK BETAR
     Meskipun AD-ART Betar menyebutkan bahwa aktivitas utamanya berkaitan dengan masalah-masalah militer akan tetapi Betar tetaplah organisasi politik. Hal ini dibuktikan dengan dukungan mutlaknya pada Jabotinsky dalam mencapai tujuan-tujuan terkait kelompok-kelompok revisionis Zionis.
Jabotinsky yang memegang kepemimpinan organisasi revisionis mendukung kebijakan pendirian Negara Yahudi di Palestina. Namun hal itu sempat berlawanan dengan Zionisme Internasional. Ketika Jabotinsky melihat bahwa usahanya tak akan membuahkan hasil maka ia pun menghapus keanggotannya di Betar dan meminta para pendukungnya untuk melakukan hal yang sama. Tetapi sebagian besar pendukungnya tidak memenuhi permintaannya karena mereka yakin bahwa tindakan semacam ini akan melemahkan posisi Organisasi Zionisme Internasional.
Menyusul perdebatan dengan para pendukungnya, akhirnya Jabotinsky bertekad untuk membersihkan struktur organisasi revisionis dari orang-orang yang menantang dan meninggalkan organisasi Zionisme Internasional. Berdasarkan keputusan tersebut, dia mengumumkan bahwa dia telah menyingkirkan para anggota dewan eksekutif organisasi revisionis. Dia pun menambahkan bahwa para anggota organisasi ini harus segera menyatakan persetujuan atau penolakan mereka melalui jalan pemungutan suara.
Kemudian pemungutan suara dilaksanakan pada April 1933. Tanpa diduga kemenangan berpihak pada Jabotinsky. Dalam pemungutan suara, hasil mencatat bahwa 93,80 % menyetujui tindakan Jabotinsky dan hanya 6,20 % yang menolak.
Bisa disimpulkan bahwa dukungan para anggota Betar adalah faktor utama kemenangan Jabotinsky dalam pemungutan suara tersebut.
Chaim Mordechai Katz, salah seorang petinggi dalam organisasi Betar sempat menyatakan sebab dukungannya terhadap Jabotinsky. Katz mengungkapkan, “Dia (Jabotinsky) memimpin sebuah revolusi menguntungkan dalam gerakan Zionisme. Seorang pemimpn revolusi harus dikultuskan. Karenanya, segala perintah Jabotinsky harus dilaksanakan, entah itu benar atau salah.”

      Diantara langkah politik lain yang diambil Betar adalah melakukan aksi demonstrasi di jalan-jalan Tel Aviv untuk menunjukkan penentangannya terhadap Persatuan Buruh (Hestadarot). Demonstrasi ini dilakukan para anggota Betar pada tahun 1933 karena para revisionis menentang tujuan dan langkah-langkah Hestadarot.
Pada 11 september 1938, konferensi Betar pun kembali diselenggarakan di Warsawa. Ketika itu Menachem Begin masih berusia 25 tahun. Melalui pidato-pidatonya, Begin berhasil memprovokasi para peserta konferensi untuk melawan ancaman-ancaman Jerman. Akhirnya muncul atmosfer dimana para anggota Betar menuntut penguasaan atas tanah Palestina secepat mungkin. Begin juga meminta para anggota organisasi mengubah sumpah keorganisasian mereka dengan berbunyi, “Aku hanya memegang senjata untuk membela bangsaku dan mengantarkan tanah airku menuju kemenangan.”
Ternyata masalah ini menimbulkan perseteruan antara Begin dan Jabotinsky. Namun demikian, para anggota Betar menerima perubahan sumpah itu dan ikut mengesahkannya.
Alhasil dalam konferensi tersebut Jabotinsky mengeluarkan draft tujuan dari program-program Betar, yakni:
1. Mendirikan imperium Israel di dua tepi sungai Yordania
2. Legiunisme (membentuk kelompok-kelompok relawan militer)
3. Kedisiplinan tinggi
4. Meneguhkan kedudukan bangsa Yahudi
5. Mobilisasi kekuatan
6. Bahasa Ibrani
7. Monisme.

     Kini Betar telah berkembang ke berbagai negara. Selain berpusat di Israel, mereka juga berdiri di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Australia, bahkan di Afrika Selatan.

Meskipun di Inggris jumlah anggota mereka hanya sekitar seratusan, namun gerakannya sampai kepada tingkat melobi pemerintah Inggris untuk Pro-Zionis. Sudah tujuh tahun terakhir, mereka berdemonstrasi di jalan-jalan meneriakkan yel-yel Pro-Israel dan semangat Anti-Islam.

     Bentar adalah kelompok terakhir tentang pembahasan kelompok-kelompok yahudi sebelum berdirinya Israel di tanah suci Palestina. Semoga semakin menambah pengetahuan kita tentang konflik Israel dan Palestina; serta membangkitkan semangat kita untuk ikut mencintai, mendukung, mendoakan serta berkontribusi terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina.
Saya tunggu komentar dari teman-teman pembaca untuk perbaikan atau tambahan, dapat juga request tema, selama saya bisa insya Allaah akan saya angkat di sini. Merci. :)




Tuesday 20 January 2015

PALMACH



     Setelah Hashomer, Haganah, Irgun kelompok teroris yahudi berikutnya yang akan kita bahas adalah Palmach.
Palmach menjadi salah satu kekuatan yang memberikan andil besar berdirinya Israel menjadi negara pembantai rakyat Palestina.
Kelompok ini berdiri tanggal 19 Mei 1941, menyusul ketidakpuasaan para pemuda di Kibbutesh (koloni pertanian) ketika pasukan sekutu mendekati Palestina. Kelompok teroris Yahudi ini terdiri dari satuan-satuan yang para anggotanya memperoleh pendidikan khusus dalam teknik perang gerilya.
Menurut Madjid Shafa referensi terbaik perihal organisai Palmach bisa dilihat dalam sebuah buku Perjalanan Palmach yang dipublikasikan di Tel Aviv pada tahun 1953. Buku ini berbahasa Ibrani dan terdiri dari dua jilid. 
Palmach berdiri atas upaya Yitzhak Sara, yang kemudian menjadi pemimpin kelompok ini. Yitzhak Sara adalah mantan perwira tentara Tsar Rusia dan salah seorang pendiri tentara Israel. Sejak awal, organisasi ini memiliki hubungan dengan sebuah partai di Israel bernama Partai Mapam, sebuah partai sayap kiri yang berhaluan Marxism-Zionism.

     Palmach adalah satuan militer profesional pertama yang selain disiplin, juga memiliki ideologi politik. Tujuan mereka adalah menguasai sepenuhnya situasi militer di Palestina. Organisasi ini adalah representasi dari aliran ekspansi militer dalam Gerakan Zionisme. Kelompok teroris Palmach berkembang dalam kurun waktu tahun 1941 sampai dengan tahun 1948 dan memiliki beberapa cabang sehingga semua organisasi militernya menyebar di seluruh wilayah Palestina.
Pada 20 Februari 1948 Palmach meluncurkan operasi di Kaisarea, Utara Tel Aviv, di mana mereka menghancurkan 30 rumah warga Palestina. Tujuannya untuk mencegah daerah tersebut dijadikan basis laskar rakyat Palestina.
Berkat hubungan baik dengan pemerintah sementara Inggris di Palestina, pasukan Palmach dapat memiliki senjata-senjata modern. Komandan Haganah juga memberikan perhatian khusus kepada mereka. Karena dengan kemahiran dalam melaksanakan tugas penyerbuan dan pengetahuan politik perihal Prinsip-Prinsip Zionisme Internasional, mereka dapat difungsikan sebagai pasukan penghancur Palestina oleh Haganah. Mereka memiliki komandan khusus yang dipilih oleh agen Yahudi di Tel Aviv, serta Komandan operasional di berbagai kota penting di Palestina, yaitu di Yerusalem dan Haifa.

Perempuan memiliki peran penting dalam pelaksanaan operasi militer Palmach. Jumlah wanita di sebagian unit Palmach mencapai lebih dari 30%!
Selain ikut serta dalam operasi militer, perempuan juga aktif dalam penjagaan, pertolongan pertama dan jaringan komunikasi radio rahasia.

Palmach juga memiliki satuan spionase yang kuat. Mereka bisa memata-matai kamp-kamp tawanan perang Jerman. Beberapa personil mereka juga melakukan aktivitas mata-mata di Syria (Suriah) dan Lebanon dengan menyamar lewat pakaian khas Arab.

     Setelah perang dunia kedua berakhir, pesonil-pesrsonil Palmach melakukan operasi melawan pemerintah sementara Inggris di Palestina. Pada tahun 1948, satuan-satuan Palmach bertempur melawan orang-orang Palestina di Front Selatan, khususnya Jalil Utara, Sina, Naqeb, dan Yerusalem. Mereka pun berhasil menduduki Padang Naqeb.

Salah satu rencana Palmach adalah menggusur mayoritas penduduk muslim Palestina. Hal ini diwujudkan melalui pembantaian-pembantaian yang dilakukan para teroris Zionis terhadap warga Palestina. Diantaranya adalah pembantaian di Desa Deir Yassin, yang dirancang oleh Palmach bekerjasama dengan kelompok IrgunStern dan para pelaku kriminal lainnya.

     Di setiap lembar buku Perjalanan Palmach, seperti doktrin ghoyim Yahudi maka warga Arab disebut sebagai musuh oleh mereka. Buku itu juga menyebutkan puluhan rencana patroli-patoli Palmach dalam operasi teror terhadap warga Palestina di berbagai penjuru negeri itu dan kawasan-kawasan yang harus diduduki.
Menurut data yang dilansir Palmach, secara total mereka kehilangan pejuang sebanyak 1.187 orang selama perang kemerdekaan dan tahun-tahun sebelum berdirinya Israel.
Belakangan, para perwira Palmach seperti Eigal Alon, Yitzhak Rabin, Hayiem Barlio, David Yoazar, dan lain sebagainya membentuk embrio komando tentara Israel. Setelah Negara Israel didirikan, Palmach pun akhirnya dibubarkan dan digabungkan ke Tentara Israel.
Beberapa dari para teroris ini menjadi terkenal dan menjabat sebagai komando pasukan-pasukan Israel. Diantara mereka adalah Moshe Dayan (1953-1957), Yitzhak Rabin (1963-1967) dan Hayiem Barlio (1968-1971). Dalam tubuh tentara Israel terdapat 45 panglima yang sebelumnya adalah para teroris Palmach, sebagian dari mereka bahkan menjabat sebagai menteri.

     Demi mengenang jasa Palmach atas berdirinya Negara Zionis Israel didirikanlah museum. Museum kelompok teroris itu terletak di Chaim Levanon Street di Tel Aviv, dekat Eretz Israel Museum. Pada museum Palmach banyak ditampilkan foto dan kisah-kisah warisan Palmach tempo dulu untuk membangkitkan militansi pemuda terhadap Zionisme. Para pengunjung pun banyak bergabung dengan kelompok atau gerakan Palmach muda.

     Postingan berikutnya saya akan membahas tentang kelompok yahudi lain bernama Bentar, Insya Allaah. Ditunggu ya, dan jangan lupa subscribe atau follow. Jika ada yang salah mohon dikoreksi. Merci. :)





[Referensi: Islampos.com, Negara Fiktif, Perjalanan Palmach]

Sunday 18 January 2015

REFORMASI BIROKRASI



Birokrasi sebagai instrumen dari suatu sistem pemerintahan dalam program mewujudkan kesejahteraan rakyat sangat ditentukan oleh sikap dan perilaku dari segenap pengelola atau birokrat, yaitu kesadaran akan fungsi dan peranannya sebagai abdi masyarakat (public services).

    Membangun pemerintahan yang bersih merupakan syarat utama dalam mewujudkan sistem dan mekanisme roda pemerintahan secara profesional, netral dan akuntabel serta patut diteladani dalam kepemimpinan sehingga mampu mencegah praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) sebagai penghambat usaha-usaha efektif dan efisien. Pemerintahan yang bersih akan terwujud jika dibangun oleh aparat yang bersih. Orang-orang yang bersih hanya ada pada mereka yang konsisten terhadap nilai-nilai agama yang diyakininya. Karenanya sebuah institusi pemerintahan dan penyelenggara administrasi negara harus sarat dengan nilai-nilai religius, beradab, bersih, kompeten, profesional, dan berpihak pada kepentingan publik tentunya. Inti permasalahan dalam membangun birokrasi yang efektif dan efisien adalah menempatkan para birokrat sesuai dengan kebutuhan, fungsi dan peranannya secara kompeten dan profesional, dengan latar belakang persyaratan yang harus dipenuhinya (the right man on the right place).
  
Salah satu potret buruk birokrasi adalah tingginya biaya yang dibebankan untuk layanan publik, waktu tunggu yang lama dan banyaknya pintu layanan yang harus dilewati. Selain itu juga karena kompetensi aparatur birokrasi yang rendah yang disebabkan rendahnya kualitas rekruitmen dan pembinaaan pegawai serta lebih dominannya kepentingan politis dalam kinerja birokrasi.

     Permasalahan dasar yang dihadapi bIrokrasi pemerintah adalah terdapatnya kecenderungan distrust (penurunan kepercayaan) masyarakat pada pemerintah. Hal ini disebabkan karena birokrasi pemerintah selama ini masih lamban dalam menyesuaikan diri dan merespon perkembangan yang semakin pesat sehingga belum maksimal dalam memenuhi tuntutan masyarakat.
Krisis kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi pemerintah tersebut disebabkan karena rendahnya kesadaran PNS (Pegawai Negeri Sipil) pada kedudukan dan perannya, sebagaimana telah diamanatkan oleh Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Dalam undang-undang tersebut telah dtegaskan bahwa pegawai negeri merupakan unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan.

     Perjalanan birokrasi di negeri kita Indonesia sangat dipengaruhi oleh beraneka ragam budaya dengan latar belakang karakter yang berbeda-beda sejak era pemerintahan berbentuk kerajaan, kolonialisme sampai pada era kemerdekaan. Birokrasi kita sejak terbebas dari cengkraman penjajah dan pada awal kemerdekaan yang kemudian disusul dengn lahirnya partai-partai politik dengan kepentingan politik yang didasarkan pada ideologi dan kekuasaan, birokrasi kita tidak pernah netral sebagai aparatur yang seharusnya berpihak kepada publik, bahkan cenderung sebagai mesin politik dan alat kekuasaan.
Jika dilihat dari perspektif historis, birokrasi telah menjadikan publik sebagai objek kekuasaan. Ketidakberpihakan birokrasi kepada publik ini tidak lepas dari awal kemunculan mereka yang merupakan kepanjangan tangan pemerintah kolonial pada masa itu untuk mengeksploitasi publik. Hal ini berlanjut pada kurun waktu rezim orde baru berkuasa.
Kondisi objektif birokrasi yang demikian lama diwarnai oleh kekuasaan atas publik akan membutuhkan waktu yang lama untuk mengubahnya menjadi kekuasaan untuk publik.

Kinerja birokrasi yang buruk pada akhirnya akan dapat mempengaruhi gerak pembangunan dan daya saing ekonomi nasional dan global. Jika kita ingin menjadi negara maju dan terdepan dalam pembangunan maka reformasi birokrasi menjadi suatu keniscayaan.

Reformasi birokrasi mengisyaratkan adanya perubahan paradigma pengelolaan pemerintahan yang akan berimplikasi pada reformasi sistem kepegawaian. Sistem yang sebelumnya dengan pendekatan tata usaha kepegawaian dipandang sudah tidak relevan lagi dengan dinamika perkembangan masyarakat dan pemerintahan. Agar good governance dan pemerintahan yang bertanggung jawab dapat terwujud maka perlu adanya reformasi sistem kepegawaian yang diarahkan pada pengembangan aparatur/ SDM secara holistik dan terintegrasi.

    Siapapun yang memimpin bangsa ini tidak boleh berhenti berupaya melakukan terobosan agar birokrasi kita menjadi lebih efisien dan efektif serta kondusif bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini memang tidak semudah membalikkan telapak tangan namun menyederhanakan birokrasi dirasa perlu agar lebih mudah namun tidak menyalahi aturan, tidak menimbulkan high cost economic (biaya ekonomi yang tinggi), netral dan tidak diskriminasi dalam memberikan pelayanan. Dengan begitu sistem birokrasi di negeri ini tidak akan lagi menjadi beban ataupun batu sandungan bagi peningkatan kinerja ekonomi nasional.      

     Masih adanya lembaga departemen maupun nondepartemen atau dinas daerah yang dibentuk tanpa mempertimbangkan kebutuhan riil daerah, bahkan ada yang eksistensinya hanyalah untuk mengakomodasi kepentingan kelompok tertentu, mengakibatkan terjadinya inefisiensi dan inefektivitas birokrasi.

     Mengingat karakteristik masyarakat yang kini semakin kritis menjadikan tantangan peningkatan kualitas pelayanan publik semakin relevan. Sikap kritis ini karena kuantitas masyarakat yang berpendidikan tinggi terus meningkat. Kemakmuran status ekonomi masyarakat memicu terciptanya kebutuhan-kebutuhan pelayanan publik baru yang perlu dipenuhi pemerintah sehingga tuntutan publik atas pelayanan menjadi kian kompleks.

Karenanya birokrasi harus berupaya untuk memunculkan jiwa kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan adalah kemampuan mencari cara baru guna memaksimalkan produktivitas dan efektivitas agar birokrasi dapat beradaptasi dengan era globalisasi yang berlangsung cepat seiring perkembangan teknologi yang kian canggih. Kondisi ini mengharuskan organisasi publik siap melakukan perubahan fundamental organisasional demi menuju good governance.
Sehingga perlu juga dilakukan revitalisasi birokrasi melalui optimalisasi kapasitas birokrasi, mencakup bebrapa aspek diantaranya:
  1. Aspek kelembagaan; dengan melakukan restrukturisasi fungsi dan organisasi birokrasi yang semula besar menuju sebuah organisasi birokrasi yang ramping, cepat dan murah
  2. Aspek sumber daya manusia (SDM); dengan menciptakan SDM yang kompeten di bidangnya melalui beberapa strategi yaitu proses rekrutmen, pensiun dini, pelatihan dan pengembangan pegawai serta peninjauan sistem karir yang baik dan rapi
  3. Aspek manajemen organisasi dan keuangan; perspektif manajemen dan keuangan dengan membentuk birokrasi modern yang secara fisik organisasional kecil namun secara kualitatif berkapasitas besar, sehingga kualitas pelayanan publik yang diberikan semakin baik dengan biaya dapat ditekan.

     Sesungguhnya birokrasi adalah tipe organisasi yang dirancang untuk menyelesaikan tugas-tugas administratif dalam skala besar dengan cara mengkoordinasi pekerjaan banyak orang secara sistematis. Dengan kata lain birokrasi merupakan alat atau instrumen untuk memuluskan jalannya pelaksanaan/ implementasi kebijakan pemerintah dalam usaha melayani masyarakat. Dalam kaitannya dengan hal ini, konsep ideal Weber masih relevan untuk dijadikan rujukan, tentu dengan beberapa penyesuaian.
Tipe ideal organisasi bagi Weber melekat dalam struktur organisasi rasional dengan prinsip rasionalitas yang bercirikan pembagian kerja, pelimpahan wewenang, impersonalitas, kualifikasi teknis, dan efisiensi. Pada dasarnya tipe ideal birokrasi yang digagas Weber mempunyai tujuan untuk menghasilkan efisiensi dalam pengaturan negara. Namun dalam prakteknya konsep Weber tidak sepenuhnya sesuai dengan kondisi terkini, apalagi dalam konteks negara Indonesia, masih perlu ada pembaharuan makna dan kandungan birokrasi.
Pada pandangan tersebut birokrasi dimaknai sebagai institusi formal yang memerankan fungsi pengaturan, pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat. So, birokrasi dalam pengertian Weberian adalah fungsi dari biro untuk menjawab secara rasional terhadap serangkaian tujuan yang ditetapkan pemerintah. Birokrasi Weber berparadigma netral dan bebas nilai. Tidak ada unsur subyektivitas yang masuk dalam pelaksanaan birokrasi karena sifatnya impersonalitas – melepaskan baju individu dengan ragam kepentingan yang ada di dalamnya.
BACA JUGA TENTANG BIROKRASI WEBER DI SINI. 
     Birokrasi sering dikritik dalam prakteknya banyak menimbulkan masalah inefisiensi serta hanya menjadi ajang politisasi yang dilakukan oknum partai yang ingin meraih kekuasaan dan jabatan politis.
Masyarakat memandang kecenderungan birokrasi akhir-akhir ini benar-benar memprihatinkan sehingga diramalkan akan semakin menggejala dan berkembangnya praktek-praktek birokrasi yang tidak bisa lagi dianggap sebagai bencana baru yang menakutkan.
Patologi birokrasi dicirikan oleh kecenderungan patologis terhadap persepsi, perilaku dan gaya manajerial, masalah pengetahuan dan ketrampilan, tindakan melanggar hukum, keperilakuan, dan adanya situasi internal. Birokrasi memiliki kecenderungan mengutamakan kepentingan pribadi (self serving), mempertahankan status quo, resisten terhadap perubahan, dan memusatkan kekuasaan. Hingga birokrasi terkesan lebih mementingkan prosedur dari pada substansi, lamban dan menghambat kemajuan.

     Birokrasi di kebanyakan negara berkembang – termasuk di negara kita, Indonesia – cenderung bersifat patrimonialistik yang tidak efisien, tidak efektif (over consuming and under producing), tidak obyektif, menjadi pemarah ketika dikritik, menghindari kntrol, tidak mengabdi pada kepentingan umum, tidak lagi menjadi pelayan rakyat namun telah menjadi instrumen penguasa dan sering tampil sebagai penguasa yang sangat otoritatif dan represif.
Hal tersebut terlihat dengan adanya gejala yang menunjukkan bahwa birokrasi menghadapi krisis kepercayaan dari masyarakat. Kecaman dan pesimisme semakin jelas terlihat karena banyak anggota masyarakat yang merasakan berbagai perilaku birokrat yang tidak dapat memenuhi tuntutan pembangunan dan perkembangan masyarakat yang dilayaninya.
Birokrasi publik di sektor pemerintahan, pendidikan dan kesehatan misalnya, berada dalam suatu kondisi organizational slack yang ditandai dengan menurunnya kualitas pelayanan yang diberikan. Masyarakat pengguna layanan banyak yang mengeluh dan memberikan semacam public alarm agar pemerintah sebagai instansi yang paling berwenang, responsif terhadap semakin menurunnya kualitas pelayanan kepada masyarakat.

     Pada dasarnya pelayanan publik adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang atau instansi kepada masyarakat (pengguna layanan) demi mencapai tujuan tertentu. Pelayanan publik ini menjadi semakin penting karena senantiasa berhubungan dengan masyarakat dengan berbagai kepentingan dan tujuan. So, institusi pelayanan publik dapat dilakukan oleh pemerintah ataupun nonpemerintah. Apapun bentuk institusi pelayanannya yang terpenting adalah bagaimana dapat memberikan bantuan dan kemudahan demi memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.

     Untuk merespon kesan buruk birokrasi, birokrasi perlu melakukan perubahan sikap dan perilakunya, antara lain:
  1. Mengutamakan sifat pendekatan tugas yang diarahkan pada pengayoman dan pelayanan masyarakat dan menghindari kesan pendekatan kekuasaan dan kewenangan
  2. Melakukan penyempurnaan organisasi yang bercirikan organisasi modern, ramping, efektif, dan efisien yang mampu membedakan antara tugas-tugas yang perlu ditangani dan yang tidak perlu ditangani – termasuk membagi tugas yang dapat diserahkan ke masyarakat
  3. Melakukan perubahan sistem dan prosedur kerja dimana lebih berorientasi pada ciri-ciri organisasi modern, yakni pelayanan cepat, tepat, akurat, transparan dan berkualitas, serta efisiensi biaya dan ketepatan waktu
  4. Memposisikan diri sebagai fasilitator pelayan publik dari pada sebagai agen pembaharu pembangunan
  5. Melakukan tranformasi diri dari birokrasi yang rigid (kaku) menjadi lebih fleksibel, inovatif, responsif dan desentralistis.
Organisasi birokrasi yang mampu memberi pelayanan publik secara efektif dan efisien pada masyarakat adalah organisasi yang strukturnya terdesentralisasi. Dengan struktur yang terdesentralisasi maka akan lebih mudah mengantisipasi kebutuhan dan kepentingan yang diperlukan masyarakat, sehingga birokrat dapat dengan cepat melayani sesuai harapan masyarakat.

      Selain itu, budaya organisasi birokrasi juga menjadi faktor penting, sehingga perlu dipersiapkan SDM atau aparat yang benar-benar mampu (capability), memiliki loyalitas kepentingan, keahlian (competency), dan mempunyai keterkaitan kepentingan (coherency) dan consistency.

 Pemerintah harus mempersiapkan aparat birokrasi yang profesional yang mampu menguasai teknik-teknik manajemen pemerintahan yang tidak hanya berorientasi pada peraturan (rule oriented), namun lebih pada pencapaian tujuan (goal oriented).

    Berikut ini beberapa solusi strategis untuk mengatasi persoalan kemunduran birokrasi dalam hal pelayanan publik:
  1. Merubah paradigma birokrasi mengenai konsep pelayanan
  2. Menjalankan kebijakan publik yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat dibanding penguasa atau elit tertentu
  3. Unsur pemerintah, privat dan masyarakat harus bekerja secara sinergis sesuai dengan peran masing-masing
  4. Membuat dan menjalankan peraturan daerah yang secara jelas dan tegas menerapkan standard minimal pelayanan publik dan saksi bagi yang melanggarnya
  5. Menyusun dan menjalankan mekanisme pengawasan sosial yang jelas mengenai pelayanan publik antara birokrat dan masyarakat yang dilayani
  6. Perlu adanya strong leadership (kepemimpinan yang kuat) dalam melaksanakan komitmen pelayanan publik
  7. Berupaya melakukan reformasi di bidang sistem administrasi publik (administrative reform)
  8. Memberdayakan masyarakat secara berkelanjutan (continuous empowerment) dan demokratis


 
[Referensi: Reformasi Birokrasi Menuju Pemerintahan yang Bersih (Telaah Kritis Terhadap Perjalalan Birokrasi di Indonesia) oleh Ahmad Sumargono]





    “Dan DIA lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan DIA meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-NYA kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-NYA dan sesungguhnya DIA Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-An’aam: 165)

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan ALLAAH. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari  jalan ALLAAH akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”
(QS.Shaad: 26)